Jumat, 16 November 2018

Strategi Dakwah Islam

0 komentar

1.    Dakwah Islam kepada Perdamaian      
Sesungguhnya Allah telah menyeru hambanya yang mukmin untuk masuk ke dalam Islam yang kaffah dan tidak mengikuti langkah-langkah syaithan, karena sesungguhnya syaithan adalah musuh yang sangat nyata menghalangi manusia untuk masuk kedalam esensi nilai-nilai keisalaman. Maka sejatinya manusia dan Syaithan adalah dua kubu yang saling berperang meski tidak ada yang menang dan kalah. Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Rasulullah SAW menjelaskan bahwasannya di dalam Islam itu sendiri adalah menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat. Suatu ketika Rasulullah SAW mengutus Dihyah bin Khalifah Al-Kalby kepada seorang kaisar Heraclius tangguh bangsa romawi dengan tulisannya yang berisi ajakan untuk masuk agama Islam yang menjelaskan bahwa buah atau hasil dari masuk Islam adalah keselamatan, tidak akan ada kecemasan akan kerajaannya, dirinya, dunianya, maupun akhiratnya. Rasulullah SAW bersabda; “Aku telah mengajakmu dengan seruan Islam, masuklah Islam maka kau akan selamat, Allah akan memberimu pahala dua kali lipat, dan jika engkau berpaling kamu akan mendapat dosa Seluruh orang romawi (Arisiyyin)”.
Allah SWT telah memerintahkan kaum muslimin untuk menebar kedamaian, jika terdapat musuh-musuh Islam yang condong terhadap agama Islam dan memohon perdamaian, maka wajib bagi kaum muslimin untuk mengabulkan permohonannya, jika memang perdamaian dan keselamatan itu sangat memberikan kemaslahatan bagi mereka.
 Sesungguhnya Allah SWT telah mengutus Rasulullah SAW untuk mengabulkan permohonan perdamaian musuh-musuhnya demi dakwah Islam. وَإِن جَنَحُوا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا . Allah juga mengutus untuk bertawakkal kepada-Nya sehingga tidak ada ketakutan bagi pemeluk agama Islam وّتّوّكَّلْ عَلَى الله, perkara tawakkal kepada Allah SWT akan menjadikan penolong bagi mereka mencapai sebuah perdamaian dan pertolongan di setiap langkah mereka. Dan Allah SWT itu Maha Mendengar terhadap segala ucapan mereka dan Maha Mengetahui niat-niat mereka, sungguh Allah mengetahui siapa yang benar dalam dakwahnya, apakah cenderung kepada perdamaian atau tidak. Allah-lah satu-satunya yang mengetahui hal-hal yang tersembunyi, Allah SWT Berfirman;
وَإِن جَنَحُوا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Diantara dakwah Islam adalah penguat keselamatan, Allah SWT memerintahkan kaum mukminin untuk berpegang teguh pada perang dan jihad, serta memperingatkan agar tidak membunuh seseorang yang mengucapkan kalimat Islam, penghormatan terhadap Islam dan lambang-lambang keislaman yaitu;  السلام عليكم ورحمة الله وبركاته. Jangan tergesa-gesa membunuh seseorang sampai terlihat jelas apakah dia dari golongan mukmin ataukah dari golongan kafir. Jika terjadi suatu perkumpulan yang di dalamnya terdapat seorang mukmin dan kafir, maka lebih utamakanlah seorang mukmin daripada orang kafir kemudian utamakanlah ketika tampak jelas kebenaran bahwa ia benar-benar dari golongan mukmin tanpa keraguan, sebagaimana firman Allah;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا ضَرَبْتُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَتَبَيَّنُوا وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ أَلْقَىٰ إِلَيْكُمُ السَّلَامَ لَسْتَ مُؤْمِنًا تَبْتَغُونَ عَرَضَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فَعِندَ اللَّهِ مَغَانِمُ كَثِيرَةٌ ۚ كَذَٰلِكَ كُنتُم مِّن قَبْلُ فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْكُمْ فَتَبَيَّنُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا
Asbabun Nuzul turunnya ayat mulia ini adalah, dari sahabat Ibnu Abbas RA berkata: ada seorang laki-laki muslim yang mendapati ghanimah (harta rampasan), kemudian laki-laki tersebut mengucapkan “Asslamualaikum”, akan tetapi laki-laki tersebut membunuhnya dan mengambil ghonimah tersebut. Maka turunlah ayat tersebut, yaitu jangan mengucapkan kepada orang yang memulyakanmu atau menghormatimu yang mana mereka memberikan salam kepadamu, janganlah engkau mengatakan “kamu bukanlah seorang mukmin” yang bertujuan mencari ghonimah orang tersebut. Sesungguhnya Allah memiliki banyak ghonimah. Dan ghonimah Allah lebih baik daripada ghonimah seperti itu (seperti yang dilakukan di atas).
Diriwayatkan, Suatu ketika Rasulullah benar-benar marah kepada Usamah bin Zaid dikarenakan Usamah telah membunuh Mirdas bin Nuhaik dalam insiden penaklukan benteng Khaibar. Kala itu, kaum muslimin terlibat pertempuran dengan kelompok musyrikin. Seorang musyrik, Mirdas bin Nuhaik, berhasil membunuh beberapa prajurit muslim. Usamah kemudian memburu Mirdas hingga dia terjepit. Dalam kondisi seperti itu, Mirdas kemudian mengucapkan kalimat syahadat yang berbunyi “La ilaha Illa Allah Muhammadur Rasulullah, Assalamualaikum”. Tetapi, Usamah ragu dengan keimanan Mirdas, sehingga Usamah tetap membunuh Mirdas yang jelas telah memeluk Islam.
Kabar itu terdengar sampai ke telinga Rasulullah SAW hingga membuat beliau marah. Kemudian Usamah menjawab bahwasannya ia bersyahadat hanya pada lisan dan tidak dalam hatinya, dalam suatu riwayat Mirdas bersyahadat karena takut dengan pedang Usamah. Rasulullah menjawab dengan wajah memerah karena marah. "Kenapa tidak kau belah saja hati orang itu sehingga kau tahu apakah hatinya mengucapkan kalimat syahadat atau tidak?".
Usamah kemudian meminta Rasulullah SAW untuk memohonkan ampun kepada Allah SWT. Rasulullah SAW pun menampik hal itu dengan bertanya: Bagaimana dengan lafadz La ilaha Illa Allah?”[1]. Melihat Rasulullah masih marah Usamah tampat sedikit gelisah dan galau sampai kemudian Rasulullah memerintahkan untuk memerdekakan budak.
Diantara nilai-nilai Islam yang tepat adalah tentang seruannya untuk menciptakan perdamaian dan keamanan sebagaimana firman Allah; وَإِنْ أَحَدٌ مِّنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّىٰ يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ. Demi terhindar dari pertumpahan darah, sehingga tidak ada pembunuhan dan permusuhan yang bertujuan menjaga nyawa manusia sekalipun bukan dari golongan sesama muslim. Agama Islam itu melindungi dan memberikan keamanan bagi orang non muslim yang telah terikat perjanjian (kafir Mu’ahad) dan juga non muslim dzimmi (kafir dzimmi) sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW: “Barang siapa yang membunuh kafir mu’ahad, maka dia tidak akan mencium bau surga. Dan bau surga diperoleh seperti berjalan 40 tahun”.
2.    Tujuan Dakwah Menuju Keselamatan 
            Diantara tujuan dakwah Islam adalah seruan untuk menciptakan sebuah perdamaian, keamanan dan ketetapan. Sebagaiamana yang disabdakan Rasulullah SAW; اسلم تسلم , masuklah Islam maka kau akan selamat.
Dalam perjalanan Islam mewujudkan perdamaian, terdapat beberapa syarat yang ditentukan antara orang-orang Islim dan non Islam, akan tetapi syarat tersebut dalam sebagian kasus justru merugikan orang-orang Islam. Dalam hal ini Allah menjadikan usaha dan upaya orang-orang Islam dalam menjaga dan mewujudkan perdamaian sebagai sebuah amal kebaikan, dan itu pulalah yang dilakukan oleh Rasulullah dalam ‘Shuluh Hudaibiyah’ (perdamaian yang dilakukan di Hudaibiyah). Syarat-syarat dan ketentuan yang disepakati merugikan umat Islam, dan sebagian sahabat yang paling getol menolak Shuluh Hudaibiyah adalah Umar bin Khattab, akan tetapi Rasulullah SAW masih terus berusaha memilih dan mewujudkan perdamaian ini. Akhirnya Rasulullah SAW menerima perdamaian yang disebutkan dalam suatu riwayat “ini adalah sebuah perdamaian yang disepakati oleh nabi Muhammad dan Suhail bin Amru, keduanya bersepakat untuk menghentikan peperangan di antara mereka selama sepuluh tahun, dimana mereka saling berdamai dan menahan untuk tidak menyerang. Andaikata ada orang kafir Quraisy yang datang kepada nabi Muhammad tanpa izin kepada pimpinannya, maka umat Islam harus mengembalikan kepada orang Quraisy. Sebaliknya jika terdapat dari golongan orang Islam yang datang kepada orang Quraisy, maka tidak dikembalikan alias menjadi tawanan. Diantara kita ada perjanjian yang telah dijaga, tidak ada pengangkatan pedang dan tidak ada penghianatan. Barang siapa yang ingin menjadi pengikut Muhammad, maka diperbolehkan dengan sukarela begitu juga sebaliknya, jika terdapat orang Islam yang ingin kembali ke kafir Quraisy maka diperbolehkan.
Mengapa Islam benar-benar ingin mewujudkan perdamaian?, karena yang diinginkan dari perdamaian adalah keamanan yang sejatinya adalah kenikmatan yang paling agung dan mulia. Berdasarkan riwayat Abdullah bin Muhsin Al-Anshori RA, beliau berkata: Rasulullah SAW bersabda, “barang siapa diantara kalian yang merasa menjadi aman di dalam lingkungannya, menjadi sehat di dalam jasadnya, merasa berkecukupan dalam pangannya di hari itu, maka seakan-akan dunia dan seluruhnya ditundukkan kepada kalian”. Itulah sejatinya kenikmatan dari perdamian.
Tujuan perdamaian ditinjau dari aspek individu maupun sosial adalah menjaga perdamaian umat Islam untuk tidak menyakiti satu sama lain baik dari segi ucapan ataupun perilaku. Abdullah bin Amru bin ‘Ash  RA berkata: Nabi Muhammad SAW bersabda, “Seorang muslim adalah yang menjaga atau menyelamatkan muslim lainnya dari lisannya dan tangannya. Dan seorang yang hijrah adalah yang berhijrah untuk meninggalkan perkara yang dilarang Allah”.
Untuk menjaga ketetapan dan keamanan, aktifitas kestabilan bumi, dan juga menjaga akidah agama, dianjurkan kepada umat Islam untuk berjuang di jalan Allah, yaitu dengan menjaga hukum-hukum Allah dan kehormatanNya. Menolong hak-hak manusia yang bertujuan untuk mencegah kedzaliman dan permusuhan. Sesungguhnya jihad adalah suatu jalan untuk menjaga dan mewujudkan perdamaian. Usaha atas perdamaian tersebut adalah perlawanan terhadap kejahatan yang bisa melemahkan keamanan.
Dalam hal ini Allah SWT telah memerintahkan perdamaian diantara permusuhan, Alquran sebagai sumber perdamaian dan keadilan. Allah berfirman:
وَإِن طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا ۖ فَإِن بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَىٰ فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّىٰ تَفِيءَ إِلَىٰ أَمْرِ اللَّهِ ۚ فَإِن فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا ۖ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
Bukanlah dinamakan orang Islam dengan keislaman yang sempurna kecuali ketika  ia menyelamatkan orang-orang Islam lainnya dari lisan dan tangannya.
Sesungguhnya Islam adalah ‘penjagaan diri pada sebuah perdamaian’, yang telah Memerintah manusia apabila lewat di masjid atau di pasar hendaknya menahan kebangsawanannya sehingga tidak menyinggung siapapun. Dari Abu Musa Al-Asy’ari RA berkata: Rasulullah bersabda, barang siapa lewat dengan sesuatu di masjid kita, pasar kita, hendaklah menggenggam kebangsawanan menahan kebenaran yang kaffah, agar tidak menyinggung satu muslim atas muslim lainnya.
Islam menjadikan setiap pembawa perdamaian untuk orang-orang muslim agar jauh dari koridor agama, Dan jauh dari jalan Islam yg sempurna yg mengajak pengikutnya kepada keamanan, keselamatan, tidak ada rasa ragu, takut ataupun gentar. Dari Abu Hurairah RA: Nabi Muhammad SAW bersabda, “barang siapa yang membawa pedang maka bukanlah dari golongan kita, dan barang siapa menipu kita maka bukanlah dari golongan kita”.
Islam menganjurkan setiap yang diperbuat atau dipijak hendaknya membekas takut atau terlepas dari hati manusia baik secara sungguhan atau sekedar hanya main-main. Dari Abdullah bin Said dari ayahnya, dari kakeknya mendengar: sesungguhnya Rasulullah bersabda ”jangan mengambil salah satu diantara kamu mengambil harta sudaranya baik main-main atau sungguh-sungguh”. Dari Abu Hurairah RA: Sesungguhnya Nabi SAW bersabda “barang siapa berisyarah (tanda) kepada saudaranya dengan besi, maka malaikat akan melaknatnya sehingga melepasnya walaupun saudara satu ayah dan seibu”.
Demikian kami melihat Islam yang mengharamkan seseorang berisyarah dengan besi. Walaupun tidak memukul dan tidak mengenai seseorangpun, akan tetapi Islam sangat menghawatirkannya. Demi menjaga kedamaian, keamanan, ketenangan, dan kestabilan.
Bahkan hanya memperlihatkan yang menakutkan dalam betuk lainnya pun Islam telah mengharamkannya. Dari Ibnu Umar RA berkata: Rasulullah SAW bersabda, “barang siapa melihat orang Islam dengan pandangan yang menakutkan, maka Allah akan menakutinya di hari kiamat”.
Dari sini kita tahu bahwa Islam disetiap pesannya adalah agama keselamatan/pedamaian dan aman, maka wajib bagi orang Islam di bumi ini baik individu maupun sosial, sebagai imam ataupun bangsa, hukum-hukum tatanan hendaknya menjadi pedoman atas terciptanya suatu perdamaian.
3.    Mendapatkan Perlindungan Merupakan Buah dari Iman dan Amal Baik
            Allah SWT telah berjanji kepada utusanNya Rasulullah Muhammad SAW untuk menjadikan umatnya sebagai khalifah/pemimpin di muka bumi, dan menjadikannya pemimpin manusia serta menjadikan sebuah Negara menjadi baik. Sebagaimana janjinya akan menjadikansebuah ketakutan menjadi keamanan. Allah SWT telah menyatakan dalam sebuah firman yang berbunyi;
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
     Telah dibenarkan janji Allah kepada utusanNya ini, sehingga Rasulullah SAW belum berpindah dari sisi tuhannya sampai benar-benar dibukakan untuknya pintu Makkah, tanah Khaibar, dan Negara Arab.
Rasulullah SAW beserta sahabatnya dan keluarganya telah menetap dan bertempat tinggal di makkah sekitar sepuluh tahun. Dimulai dengan beribadah secara sembunyi-sembunyi, mereka dalam keadaan takut dan Allah tidak memerintahkan Muhammad dan keluarganya untuk berperang. Sehingga Allah memerintahkan kepada mereka untuk berhijrah ke Madinah serta memerintahkan mereka untuk berperang. Kala itu mereka khawatir sehingga siang malam mereka selalu memegang senjata. Mereka mendapat perintah Allah untuk bersabar atas kehendakNya bagi mereka yang mau bersabar. Dan salah satu sahabat bertanya: apakah sepanjang tahun kita akan terus khawatir seperti ini? Tidakkah datang waktu dimana kita merasa aman tanpa memegang senjata?, Maka Rasulullah menjawab: kalian tidak akan bisa sabar kecuali sedikit saja, sampai ada seseorang laki-laki duduk bersila diantara kalian di tengah keramaian yang tidak ada besi di dalamnya. Kemudian Allah SWT menurunkan ayat ini dan menampakkan pada RasulNya pulau Arab yang aman tanpa senjata.
Sungguh Allah SWT melindungi Rasulullah SAW dan orang-orang yang beriman sebagaimana yang ada pada janji Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan RA. Semoga Allah meridhoi mereka semua.
Rasulullah telah berjanji kepada kaum muslimin tentang keamanan, beliau berkata kepada ‘Adi bin Hatim ketika beliau mengutusnya: apakah kamu tau hiroh? Dia berkata: saya tidak mengetahui akan tetapi saya pernah mendengarnya. Rasul SAW berkata: demi nyawaku yang berada di tangannya, bahwasannya Allah mengharapkan perkara ini hingga unta tunggangan keluar dari hiroh dan  berthawaf tanpa ada seorangpun yang menyandingimu. dan akan dibebaskan kekayaan Kisro bin Harmaz, saya berkata; Kisro bin Harmaz berkata: iya, dan harta-harta akan diberikan hingga tak seorang pun yang menerimanya. ‘Adi bin Hatim berkata: unta tunggangan keluar dari hiroh dan berthawaf tanpa disandingi seorangpun. Seperti itulah kejadian atau peristiwa keimanan yang seperti janji Rasulullah SAW, datang buah dari keimanan kepada Allah, menjaga hubungan silaturrahium dan melakukan amal sholeh.
Keamanan yang mana merupakan nikmat di dunia yang diserukan oleh para nabi dan utusan. Seperti halnya dalam dakwahnya Nabi Ibrahim AS:  "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman " (Al-Baqoroh 126) dan seperti yang telah disebutkan dalam ayat terdahulu: “Dan Allah telah berjanji kepada oang yang beriman.” (An-Nur 55) itu juga termasuk nikmat Allah SWT di akhirat yang mana Allah akan memberikan nikmat kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan tunduk, seperti firman Allah: Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman, (Ad-Dukhan 44:51) dan juga seperti firman Allah: Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunju”. (Al-An’am 82)
Dan ketika ayat ini turun, Rasulullah Muhammad SAW bersabda: “Dikatakan kepadaku bahwa engkau termasuk di dalamnya.” Rasulullah juga bersabda: “Barang siapa yang diberi (nikmat) dan bersyukur, dan dicegah (dari rezeki) kemudian bersabar, dan didzolimi tapi memberikan maaf,” Rasululah terdiam dan kemudian para sahabat bertanya, ” Wahai Rasulullah, apa yang terjadi dengan mereka?”, Rasulullah bersabda, ”Merekalah orang-orang yang mendapatkan aman dan diberi petunjuk.”
Seperti halnya rasa aman itu buah dari iman, begitupun amal sholeh juga merupakan tanda kesungguhan dari iman. Jika iman seseorang dan sekelompok orang benar-benar sungguhan, maka mereka akan hidup dalam rasa aman. Tidak akan ada rasa takut dan panik serta tidak akan membuat orang lain ketakutan. Tidak akan memberikan kepanikan bagi orang lain, justru berpaling kepada orang yang beriman dan memberikan keamanan bagi mereka di dalam darah dan hartanya.
Sungguh Rasulullah telah menjelaskan tanda-tanda orang mukmin yaitu yang memberikan rasa aman bagi orang lain. Rasulullah telah bersabda: “Orang mukmin itu adalah orang yang mmeberikan rasa aman bagi mukmin lainnya di dalam darah dan hartanya”.
Fokus kepada rasa aman, rasa aman merupakan tanda yang istimewa bagi masyarakat muslim dan juga tanda keterikatan seorang mukmin. Kita sedang melihat, sungguh Rasulullah SAW melihat seseorang yang mengharapkan suatu kebaikan dan tidak menakut-nakuti salah satu darinya serta melihat seseorang yang memercayai sebuah keburukan yang ada di sekitarnya dengan menyatakan bahwa sesungguhnya manusia ini adalah sebaik-baik manusia. Maka Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik dari kalian adalah seseorang yang mengharapkan kebaikan dan memercayai suatu keburukan”.
Agama Islam mengingkari orang yang menggunakan senjata di luar kegunaan aslinya dan juga untuk tujuan yang tidak benar. Diriwayatkan dari Hasan: Sesungguhnya ada seorang lelaki yang menyatakan perang senjata kepada lelaki lain dan kemudian membelahnya. Kabar ini kemudian sampai kepada Abu Musa Al-Asy’ari, kemudan berkata: Sampai saat ini para malaikat masih saja melaknat orang tersebut sampai orang itu menyarungkan kembali pedangnya atau disarungkan. Islam telah mengharamkan pembunuhan manusia terhadap saudara sesama manusia dan memberikan terror kepada sesama manusia dalam keadaan apapun. Islam telah memperingatkan janji bagi orang muslim yang mmebunuh dengan (ancaman) neraka. Karena meraka telah keluar dari dakwah Islam yang memberikan rasa aman dan rasa nyaman (bagi pemeluknya).
Dari Abu Bakar RA beliau berkata, “Jika ada dua orang muslim yang saling bertemu, kemudian salah satu dari mereka membunuh yang lainnya, maka Si Pembunuh dan orang yang terbunuh, keduanya masuk ke dalam neraka. Kemudian dikatakan kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, ini hanya hukuman untuk pembunuh, lalu mengapa yang terbunuh juga terkena hukuman?” Rasulullah berkata,”Sesungguhnya yang terbunuh juga memiliki ambisi untuk membunuh temannya”.
Rasulullah telah mnejelaskan bahwa sesungguhnya seorang mukmin itu yang memberikan rasa aman bagi orang muslim lainnya, dan tidak memberikan rasa takut, terror kepada muslim lainnya, justru memberikan rasa aman bagi mereka di dalam darahnya dan juga hartanya. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, ”Seorang mukmin adalah yang memberikan rasa aman bagi muslim lainnya di dalam darahnya maupun hartanya.”
Sesungguhnya Rasulullah telah menjelaskan bahwasannya metode dakwah Islamiyah adalah metode  yang bersahaja dan menentramkan.
Alqurán telah memberitahukan kepada kita  dalam Alquran tentang gambaran “ الأمن dan الأمان ” “Aman dan Iman” yang telah Allah siapkan untuk orang mukmin yang ikhlas dalam beramal. Allah SWT telah memberikan rasa aman kepada umat Islam suatu tempat yang aman bagi mereka yaitu di Makkah Mukarramah, namun sebagian kaum musyrikin yang bermukim disana menggunakan alasan disebabkan karena lemah, dan menjamin dengan alasan tidak memiliki kesehatan, mereka juga mengajukan argumen untuk tidak mengikuti petunjuk karena mereka takut pada diri mereka sendiri dan mereka tidak merasa aman dari musuh-musuhnya. Mereka takut mengikuti Rasulullah jikalau orang-orang musyrik merampok mereka dan orang-orang tersebut adalah tetangga mereka sendiri. Kemudian Allah menanggapi alasan lemah tersebut, dijelaskan pula pada mereka alasan itu mencegah datangnya perlindungan dan rizki mereka hingga setelah mereka memasuki agama Allah, Allah berfirman dalam Qs. Al Qasas ayat 57 yang artinya “Dan mereka berkata”jika kami mengikuti petunjuk bersamaengka, niscaya kami akan diusirdari negeri kami” (Allah berfirman) bukankah kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam tanah haram (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ketempat itu buah-buahan yang didatangkan dari berbagai macam (tumbuh-tumbuhan) sebagi rizki (bagimu) dari sisi kami? Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui”.
Rasa aman dan ketenangan merupakan dua nikmat Allah yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan tunduk. Ketika Allah memerintahkan kepada hamba-Nya, Allah mengingatkan kepada hamba-Nya tentang dua hal ini. Kemudian berkata kepada kafir Quraisy: "Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan." (Al-Quraisy 3, 4). Jika rasa aman dan ketenangan merupakan dua nikmat yang agung, maka itu berkebalikan dengan dua musibah yang diberikan oleh Allah SWT kepada kaum kafir Quraisy, yaitu rasa takut dan kelaparan: "Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat." (An-Nahl 16:112)
4.    Senjata Merupakan Keputusan Darurat Dalam Islam­
Agama Islam memerintahkan pengikutnya untuk mempersiapkan kekuatan, yang dimaksudkan bukan mempersiapkan kekuatan untuk berjihad dan membunuh akan tetapi lebih dimaksudkan untuk pertolongan dan perlindungan. Sehingga memungkinkan akan ditemukan hikmah dari ta’bir dari ayat ini;
وَأَعِدُّوا لَهُم مَّا اسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ وَمِن رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِن دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ ۚ وَمَا تُنفِقُوا مِن شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لَا تُظْلَمُونَ
Ayat ini berbicara tentang alasan mempersiapkan senjata untuk menakut-nakuti musuh Islam dan orang-orang yang berkoalisi dengan mereka dan orang-orang yang menolong musuh Islam dari belakang. Meskipun orang-orang Islam tidak mengetahui siapa yang ada di balik orang-orang yang memusuhi Islam, akan tetapi Allah telah Mengetahui dan itu yang menjadikan musuh-musuh Islam takut. Akan tampak semua rencana buruk atau kebusukan  mereka yang membantu musuh-musuh Islam dengan bantuan-bantuan rahasia, baik dari senjata perang ataupun alat militer.
Ketika persiapan kekuatan ini membutuhkan kedermawanan kaum muslimin secara keseluruhan, maka ayat ini diakhiri dengan ajakan dakwah untuk berinfaq melalui redaksi ayat yang mengajurkan menyerahkan harta di jalan Allah dalam bentuk apapun.
وَمَا تُنفِقُوا مِن شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لَا تُظْلَمُونَ
            Sesungguhnya persiapan yang kuat itu bisa membantu perdamaian dan perlindungan, yang merupakan hal mutlak. Perdamaian tanpa ditopang dengan kekuatan dan sokongan umat yang bisa membuat takut pasukan itu dinamakan dengan perdamaian yang lemah yang justru lebih mendekatkan pada kekalahan.
            Adapun perdamaian yang kuat adalah yang dilindungi oleh kekuatan. Yaitu yang berdiri di atas kebenaran, keadilan, dan keseimbangan. Perdamaian inilah yang digaungkan oleh Islam. Maka dari itu, Allah mengiringi ayat dakwah dengan persiapan kekuatan guna mengantisipasi mereka yang mengajak perdamaian, jika memang musuh menghendaki perdamaian itu.
وَإِن جَنَحُوا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
            Dan jika ternyata musuh berusaha untuk membuat tipu daya dan mengingkari janjinya, maka sesungguhnya Allah akan menolongmu dan orang-orang mukmin.
وَإِن يُرِيدُوا أَن يَخْدَعُوكَ فَإِنَّ حَسْبَكَ اللَّهُ ۚ هُوَ الَّذِي أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِينَ
            Bersamaan dengan perhatian Islam terhadap kekuatan yang bisa menjaga perdamaian, Sungguh Islam sangat memberikan perhatian terhadap perdamaian itu sendiri, begitu juga terhadap tiap-tiap langkah  mewujudkannya. Begitu indah perkataan Rasul pada hari Hudaibiyyah;
والله لا تدعوني قريش إلى خطة توصل فيها الأرحام وتعظم فيها الحرمات الا اعطيتهم إياها
            Demi Allah seandainya Quraisy itu mengajakku kepada sesuatu, yang sesuatu tersebut akan menyambung silaturrahmi antara aku dan quraisy, serta mengagungkan sesuatu yang diharamkan maka pasti saya akan memberikan mereka.
5.    Perdamaian Merupakan Asas Hubungan Manusia Dalam Islam
            Telah disyariatkan dalam sebuah perdamaian itu harus disertai dengan asas hubungan kemanusiaan, Kalimat Islam itu diambil dari kata Salam, baik secara lafadznya maupun perubahan lafadznya (tashrif). Karena sesungguhnya keduanya mencakup keamanan dan ketenangan (perbuatan/ucapan). perjuangan perdamaian itu tidak cukup hanya dimulai dari diri kita Tapi juga dengan yang lainnya dari orang non muslim.
            Berkenaan dengan hubungan orang-orang Islam satu dengan yang lainnya, Islam telah datang untuk mempersatukan hati kaum muslimin dan menjadikannya saudara seiman yang mempunyai hubungan besar sehingga menjadi satu umat yang bersatu sebagaimana firman Allah “Sesungguh semua orang mukmin itu bersaudara”. Dan Allah SWT berfirman;
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ
            Rasulullah SAW bersabda; "Orang mukmin harus menyayangi dan disayangi. Maka tidak ada kebaikan bagi yang tidak menyayangi dan disayangi" artinya, wajib bagi seorang mukmin untuk bersatu. Namun jika mereka berselisih dan terjadi perbedaan maka para pemuka agama dan tokoh harus mendamaikan mereka. Jika salah satu yang berselisih tidak patut/membangkang (dengan keputusan pemuka; dalam hal ini ulama dan umara') maka wajib bagi orang muslim bersatu untuk memerangi para pembangkang. Sebagaimana firman Allah;
وَإِن طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا ۖ فَإِن بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَىٰ فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّىٰ تَفِيءَ إِلَىٰ أَمْرِ اللَّهِ ۚ فَإِن فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا ۖ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
            Khalifah Abu bakar As-Shiddiq memerangi orang yang menolak zakat dan golongan pembangkang (Bughot), dan ulama’ ahli Fiqih sepakat jika pembangkang tersebut tidak keluar dari agama Islam karena pembangkangannya. Karena Alquran masih memberikan label mukmin kepada para pembangkang وَإِن طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا
            Berbicara mengenai hubungan antar orang-orang Islam dengan orang non Islam yaitu hubungan saling mengenal, saling berbagi, saling membantu, saling berbuat kebajikan dan keadilan, sebagiamana firman Allah SWT;
 يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
            Islam menyatakan tidak adanya paksaan dalam beragama, لَا إكْرَاه فِي الدِّين قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْد مِنْ الْغَيّ sebagaimana Islam menjaga hak-haknya non muslim terkait kebebasan dalam berdialog dengan menjaga etika dan menjauhi kekerasan. (Tujuanya; agar mereka non muslim dibukakan pintu hidayah untuk masuk Islam).
            Allah SWT berfirman; وَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلَّا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ ۖ وَقُولُوا آمَنَّا بِالَّذِي أُنزِلَ إِلَيْنَا وَأُنزِلَ إِلَيْكُمْ وَإِلَٰهُنَا وَإِلَٰهُكُمْ وَاحِدٌ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ , Islam memulai perdamaian dengan pertolongannya yaitu mengamankan darah manusia dan menolong kehormatan dirinya. Alquran memperjelas barang siapa yang membunuh seorang manusia, maka dia seperti telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. مِنْ أَجْلِ ذَٰلِكَ كَتَبْنَا عَلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنَّهُ مَن قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا
            Allah melindungi orang-orang yang menerima persetujuan untuk berdamai disaat mereka disakiti oleh orang lain. Ketika mereka sudah bertawakkal, Allah akan mendukung dan menolong mereka, meski mereka yang mengajak damai terkadang menyembunyikan sifat Khiyanat dalam hatinya. Meskipun demikian, selama mereka menerima damai dengan ikhlas, Allah akan mendukung dan menolong mereka. Allah-lah yang mendukung dan menolong Rasul-Nya di perang badar dan menolong orang-orang mukmin. Menyatukan hati mereka dengan iman, yang sebelumya hati meraka terpecah belah.
وَإِن يُرِيدُوا أَن يَخْدَعُوكَ فَإِنَّ حَسْبَكَ اللَّهُ ۚ هُوَ الَّذِي أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِينَ , وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ ۚ لَوْ أَنفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَّا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
            Seperti inilah cara mereka mencintai satu sama lain karena Allah dan mereka menjadi saudara atas nikmat Allah, diantara barisan-barisan mereka muncul suatu kedamaian. Rasulullah SAW bersabda; sesungguhnya diantara hamba-hamba Allah terdapat manusia-manusia yang mereka itu bukanlah para nabi dan bukan para syuhada’ akan tetapi manusia-manusia tersebut akan menyaingi tempat para nabi dan syuhada’ di hari kiamat. Para sahabat bertanya; siapa mereka wahai Rasulullah kemudian Rasulullah SAW menjawab; mereka adalah kaum yang saling mencintai karena Allah, padahal mereka tidak ada hubungan rahim dan tidak ada uang transaksi diantara mereka, demi Allah wajah-wajah mereka adalah cahaya dan cahaya mereka berada di atas cahaya, mereka tidak akan takut ketika manusia itu sedang dalam ketakutan dan mereka tidak akan bersedih ketika manusia sedang dalam kesedihan. Sebagiamana firman Allah SWT: إِنَّ الْمُسْلِمَ إِذَا لَقِيَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ فَأَخَذَ بِيَدِهِ تَحَاتَّتْ عَنْهُمَا ذُنُوبُهُمَا، كَمَا تَتَحَاتُّ الْوَرَقُ مِنَ الشَّجَرَةِ الْيَابِسَةِ فِي يَوْمِ رِيحٍ عَاصِفٍ، وَإِلا غُفِرَ لَهُمَا، وَلَوْ كَانَتْ ذُنُوبُهُمَا مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ
6.    Masuklah ke dalam Agama Islam yang Kaffah
Alquran menjelaskan bahwa dakwah Islam datang dengan nilai-nilai perdamaian, baik di beberapa tempat tinggal yang bermacam-macam maupun  dalam suatu bentuk apapun. Semua menjelaskan bahwa dakwah Islam adalah seruan/ajakan untuk menciptakan suatu yang aman dan tenang, serta ketentraman dan ketenangan yang berjalan atas petunjuk Islam. Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ , فَإِن زَلَلْتُم مِّن بَعْدِ مَا جَاءَتْكُمُ الْبَيِّنَاتُ فَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
            Asal kata السلم  : dibaca fathah dan kasroh bermakna patuh dan taat, serta mempunyai makna perdamaian atau meninggalkan perang/perselisihan. Seperti maqolah: السلم الإسلام (Perdamaian Islam).
            Sesungguhnya ayat ini adalah seruan untuk orang-orang mukmin yang beriman agar merealisasikan apa yang diperintahkan secepatnya, serta ajakan untuk berkasih sayang kepada siapapun untuk masuk kedalam agama Islam yang kaffah.
            Orang yang menerima seruan dan mau masuk Islam, sejatinya dia telah masuk kedalam perdamaian dan ketentraman baik di segala sisi maupun aspek. Sesungguhnya orang tersebut berdamai dengan dirinya sendiri dengan merasa aman tanpa ketakutan, berdamai dengan hati sehingga tidak mempunyai perasaan apapun kecuali kebaikan terhadap sesama manusia dan tidak menyimpan suatu kejelakan dan keburukan apapun. Orang tersebut juga berdamai dengan akal sehingga tidak pernah berpikiran sesuatu yang membahayakan, dan berperilaku buruk terhadap manusia seperti perang atau sejenisnya, serta berdamai dengan manusia sehingga tidak memancing musuh dalam kehidupan, dan berdamai dengan oarang-orang di sekitarnya. Sesungguhnya orang tersebut tidak berfikiran suatu keburukan akan tetapi lebih mencurahkan kedamaian dan keamanan dalam hidupnya.
            Selama masih menjadi seorang mukmin, seorang hamba tidak boleh bersujud, menyembah dan meminta pertolongan kepada selain Allah, إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
            Jadi, seorang mukmin dalam keimanan dan perdamaiannya hanyalah menghadap kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Satu. Tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Sesungguhnya hanya Allah-lah pemilik kekuasaan yang hakiki, kedudukan Allah berada di atas hamba-hambanya dan hanya Allah yang berkuasa atas sesuatunya.
            Atas dasar tersebut, bagaimana mungkin orang-orang Islam tidak hidup dengan keselamatan dan keamanan dibawah bayang-bayang akidah?, bagaimana mungkin orang-orang Islam akan takut selain kepada Tuhannya?. Sesungguhnya orang-orang Islam berada di bawah perlindungan Tuhan yang Maha Kuasa yang menciptakan seluruh alam dan seisinya.
            Inilah alasan terciptanya manusia, Allah telah menciptakan manusia dengan hikmah yang sangat-sangat luhur sebagaimana nash yang ada pada Alquran al-karim وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ . Jadi, sebenarnya manusia itu diciptakan hanya untuk beribadah. Allah bermaksud dalam kata “Khalifah fil Ardhi” itu sebenarnya adalah untuk beribadah, dan Ibadah adalah tujuan utama manusia. Sesungguhnya manusia dengan segala pekerjaan, semangat, dan upayanya di dunia berjalan lurus seperti tujuan diciptakannya manusia yaitu untuk beribadah kepada Allah.
            Masih pantaskah manusia berkhiyanat dengan tujuan awal diciptakannya manusia yaitu hanya untuk beribadah?, apakah boleh manusia itu kurang ajar? Apakah pantas jika manusia itu memerangi saudaranya, atau berlebihan ketika bermusuhan? Tidak... tidak... sesungguhnya seseorang yang diciptakan hanya untuk beribadah itu disetiap gerak dan aktivitasnya bernilai ibadah.
            Sesungguhnya agama yang dipercayai oleh manusia adalah agam yang bisa menjaga kehormatan manusia seperti darah, harta dan harga diri manusia. Agama itu menjadikan satu dengan yang lainnya berbelas kasih, berkasih sayang, dan berhubungan harmonis.  Sebagaimana hadis nabi مثل المؤمنين في توادهم و تراحمهم و تعاطفهم مثل الجسد؛ إذا اشتكى منه عضو تداعى له سائر الجسد بالسّهر والحمّىّ (contohnya orang-orang iman dalam kasih sayang, belas kasih, dan suka ria mereka itu seperti sebuah tubuh. Jika salah satu dari anggota tubuh terkena musibah, maka anggota tubuh yang lain juga akan merasakannya, seperti panas dan radang).
            Rasulullah SAW bersabda: setiap muslim tidak berhak atau haram menyakiti muslim lainnya baik dari segi darah, harta, dan keringatnya. Sesungguhnya Islam itu menyebarluaskan keselamatan/ kedamaian di dalam kehidupan, baik yang berdampingan maupun sesuatu yang hidup. Persoalan dan hukum dibebankan kepada seluruh penghuni negara ketika ada seorang yang mati karena lapar, bahkan sebagian ulama’ fiqih berpendapat bahwsannya penduduk desa tersebut harus dihukumi dengan sanksi diyat, harus menanggung diyat, karena mereka tidak mempedulikan dan tidak menjaga mereka dari kelaparan serta tidak memberikan harta-harta yang telah Allah titipkan untuk mereka yang kelaparan.
            Ketika seseorang tidak memasuki agama Islam dengan kaffah, sudah pasti mereka mengikuti jalan Syaithan. Maka dari itu Alquran melanjutkan ayat untuk tidak mengikuti jalan Syaithan setelah ayat perintah untuk masuk ke dalam islam yang kaffah,  yang berbunyi;
..........................وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ.
7.    Mengasihi Orang yang Mengasihi Umat Islam dan Memerangi Orang Yang Memerangi Umat Islam
Allah SWT telah menjelaskan di dalam kitabNya yang mulia, bahwa sesungguhnya orang-orang yang memberikan kepada orang-orang Islam sebuah kedamaian dan yang menahan tangan-tangan mereka agar tidak membuat keonaran, baik melukai atau memerangi orang-orang Islam, maka Allah tidak memberikan jalan bagi orang Islam untuk memerangi mereka dan bahkan wajib bagi orang-orang Islam untuk memberikan kedamaian kepada mereka. Dan membalas perbuatan mereka, jika mereka memberikan keamanan dan keselamatan kepada kita maka kita juga harus membalas sebaliknya.
Adapaun orang-orang yang tidak memberikan sebuah keselamatan kepada orang Islam dan tangan-tangan mereka tetap berbuat keonaran, maka Allah memerintahkan orang Islam untuk memusuhi mereka.
......فَإِنِ اعْتَزَلُوكُمْ فَلَمْ يُقَاتِلُوكُمْ وَأَلْقَوْا إِلَيْكُمُ السَّلَمَ فَمَا جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ عَلَيْهِمْ سَبِيلًا , سَتَجِدُونَ آخَرِينَ يُرِيدُونَ أَن يَأْمَنُوكُمْ وَيَأْمَنُوا قَوْمَهُمْ كُلَّ مَا رُدُّوا إِلَى الْفِتْنَةِ أُرْكِسُوا فِيهَا ۚ فَإِن لَّمْ يَعْتَزِلُوكُمْ وَيُلْقُوا إِلَيْكُمُ السَّلَمَ وَيَكُفُّوا أَيْدِيَهُمْ فَخُذُوهُمْ وَاقْتُلُوهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوهُمْ ۚ وَأُولَٰئِكُمْ جَعَلْنَا لَكُمْ عَلَيْهِمْ سُلْطَانًا مُّبِينًا
Golongan yang kedua dari ayat tersebut adalah meskipun terkadang mereka menampakkan hubungan baik dengan orang muslim, sejatinya mereka adalah musuh-musuh Islam. Ayat ini menjelaskan bahwasannya kita tidak boleh memerangi mereka sebelum mereka benar-benar menyerang atau hendak akan menyerang. Diperbolehkan memerangi mereka sebagaimana سَتَجِدُونَ آخَرِينَ يُرِيدُونَ أَن يَأْمَنُوكُمْ , dalam ayat سَتَجِدُونَ dijelaskan bahwa orang-orang Islam boleh memerangi orang-orang non muslim dalam dua hal, yaitu saat mereka benar-benar menyerang orang Islam dan kedua saat ditemukannya bukti bahwa mereka akan benar-benar melakukan penyerangan kepada orang Islam.
Maka, perdamaian yang diserukan oleh agama Islam kepada pengikutnya adalah sebuah perdamaian yang berdiri di atas keadilan dan tidak membahayakan umat Islam, atau lebih tepatnya jika tidak ada yang menyerang umat Islam.
8.    Akhir Dari Musuh Perdamaian dan Musuh Islam
Alquran telah menggambarkan tentang akhir dari musuh-musuh Islam, yang mana mereka melakukan kesombongan di bumi dan juga suka membangkang. Yang selalu menebarkan kebencian dan permusuhan. Pada masa kematiannya para musuh-musuh Islam dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat dzalim kepada diri mereka sendiri, karena mereka enggan untuk beriman dan hidup damai dan lebih memilih permusuhan, perang, dan kerusakan. Musuh-musuh Islam akan meninggal dalam keadaan sakit dan disiksa. Mereka berbohong dan mengatakan; "Kami sekali-kali tidak ada mengerjakan sesuatu kejahatanpun"مَا كُنَّا نَعْمَلُ مِن سُوءٍ ۚ , dan (Malaikat menjawab): "Ada, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan".بَلَىٰ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ, adapun balasan untuk mereka adalah neraka Jahannam sebagaimana firman Allah SWT;
الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي أَنفُسِهِمْ ۖ فَأَلْقَوُا السَّلَمَ مَا كُنَّا نَعْمَلُ مِن سُوءٍ ۚ بَلَىٰ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ , فَادْخُلُوا أَبْوَابَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا ۖ فَلَبِئْسَ مَثْوَى الْمُتَكَبِّرِينَ
            Rasul SAW memperingatkan secara keras kepada orang-orang yang bernafsu ketika membawa senjata dan yang memukul tidak pada mestinya atau yang memukul kepada selain yang ditentukan oleh Rasulullah, ketika mereka memukul dengan sewenang-wenang maka konsekuensinya adalah mereka bukanlah dari golongan Rasulullah, sebagaimana sabdanya: “barangsiapa yang memerangi kita bukanlah dari golongan kita, dan barang siapa yang menipu kita maka bukanlah golongan kita”.
            Sebagai bentuk perhatian Islam atas perdamaian yang mana syaithan tidak dapat mempermainkan manusia seorangpun, Nabi SAW melarang untuk menghunuskan pedang kepadanya. Diriwayatkan dari Jabir RA. Beliau berkata, Rasulullah melarang membiarkan pedang dalam keadaan terhunus. Islam bahkan melarang adanya ketakutan sebelum berperang, Islam juga menjanjikan siapapun mereka yg menakut-nakuti manusia lainnya, niscaya ia tak akan selamat dari kesusahan dan pnderitaan di hari Kiamat.
            Sebgaimana Allah telah menjelaskan bahwa perdamaian dan keselamatan merupakan nikmat Allah yang agung, nikmat yang telah dikaruniakan oleh Allah bagi siapapun yang beriman, membenarkan (ajaran Islam), beramal (sholeh), ikhlas, melakukan penghambaan terhadap Tuhannya dengan sebenar-benarnya penghambaan, memegang teguh hubungan antara Pencipta dan manusia lainnya atas dasar ajaran dan dakwah Islam, maka sudah seharusnya dia menyembah Tuhannya serta menyukuri nikmat perdamaian dan keslamatan.
"Maka hendaklah kalian menyembah Tuhan pmilik rumah ini, yaitu dzat yang memberi mereka makan di saat haus serta memberikannya perlindungan dari ketakutan."فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَٰذَا الْبَيْتِ الَّذِي أَطْعَمَهُم مِّن جُوعٍ وَآمَنَهُم مِّنْ خَوْفٍ .
            Adapun ketika manusia meningkari (kufur) akan nikmat-nikmat Allah SWT yang telah diberikan, maka sesungguhnya Allah mengharamkan bagi mereka kebahagiaan dan kedamaian hidup merekaوَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُّطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّن كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ
            Perdamaian merupakan suatu jalan yang telah digariskan oleh Allah kepada orang-orang mukmin. Perdamaian juga merupakann hadiah dari Allah kepada orang-orang mukmin, yaitu suatu jalan kebenaran yang diberikan hidayah dan petunjuk, يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُم مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
            Perdamaian yang diserukan oleh agama Islam kepada pengikutnya adalah sebuah perdamaian yang dilandaskan kebenaran dan keadilan, dan itulah sesungguhnya perdamaian orang mukmin yang saling memberikan perlindungan, bukan damainya orang-orang yang lemah dan orang-orang pasrah.
            Yang dimaksudkan dengan perdamaian yang dilandaskan pada kebenaran dan keadilan adalah sebuah perdamaian yang tidak terdapat suatu kedzaliman, seperti contoh dighosob bumi-buminya dan diambil harta-hartanya kemudian diam saja dengan kedzaliman tersebut, hal tersebut bukan dinamakan perdamaian akan tetapi lebih condong ke penyerahan dan kepasrahan.
            Kedamaian yang sesungguhnya dalam Islam adalah kedamaian yang berlandaskan kebenaran dan keadilan sebagiamana yang telah dijelaskan. Misalkan yang berkaitan dengan masing-masing individu dengan yang lainnya dalam hubungan antar sesama manusia, kita melihat bahwa kedamaian itu dilandaskan pada sikap saling memaafkan sehingga tidak menyia-nyiakan hak-haknya. Disyaratkan pula kedamaian itu tidak ada kedzaliman, sebagaiman firman Allah;
وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
            Termasuk adab-adab dalam perdamaian adalah yang mengantarkan hubungan sesama manusia untuk berbuat baik dan saling memaafkan sebagaimana firman Allah; فَاصْفَحْ عَنْهُمْ وَقُلْ سَلَامٌ.
            Dengan adanya adab-adab ini, maka perdamaian akan terjaga dari hal-hal yang bisa menghancurkan perdamaian, juga terjaga dari hal-hal yang menyebabkan hilangnya perdamaian terbut.
            Jadi, perdamaian itu mempunyai beberapa syarat dan adab yang wajib disempurnakan sehingga perdamaian tersebut akan menjadi nyata. Jika perdamaian itu sudah benar-benar nyata maka wajib bagi semua elemen perdamaian untuk melakukan adab-adabnya sehingga perdamaian itu akan tetap ada dan tidak ada pertentangan, pengingkaran dan perselisihan.
            Diantara syarat-syarat perdamaian adalah; (Kebenaran), wajib menetapkan suatu perdamaian baik secara individu, berkelompok, ataupun kedaulatan sebuah Negara dengan sebuah bukti kebenaran, artinya tidak ditemukan sebuah kebathilan sedikitpun dalam sebuah perdamaian. Dijelaskan bahwa sesungguhnya Islam adalah agama yang benar, agama yang dibawa oleh Rasulullah SAW, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ
            Syarat-syarat perdamaian selanjutnya adalah (Adil), karena perdamaian yang berlandaskan pada sebuah keadilan adalah makna dari pernamaian yang sesungguhnya. Perdamaian seperti ini tidak mungkin ditemukan sebuah kedzaliman, seperti menyakiti saudaranya yang lain, perampasan hak-hak orang lain, dan tanah yang dighasab. Akan tetapi perdamaian itu harus lebih diarahkan kepada nilai-nilai positif, seperti pengembalian hak-hak orang lain, mengamankan manusia dari bayang-bayang ketakutan sehingga mereka akan merasakan sebuah ketenangan batin. Maka dari itu, Keadilan merupakan syarat penting sebuah perdamaian.
            Diantara syarat dari perdamaian adalah jika terdapat suatu janji dan akad antara dua belah pihak yang mewajibkan setiap dari golongan untuk mengakhiri pembunuhan dan beralih kepada perdamaian dan meniadakan permusuhan antara satu pihak dengan pihak lainnya.
Allah SWT berfirman:
فَإِنِ اعْتَزَلُوكُمْ فَلَمْ يُقَاتِلُوكُمْ وَأَلْقَوْا إِلَيْكُمُ السَّلَمَ فَمَا جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ عَلَيْهِمْ سَبِيلًا
            Diantara syarat-syarat perdamaian adalah Kekuatan dan tidak ada kelemahan, tunduk dan berserah diri sehingga seorang muslim tidak menjumpai suatu kerendahan dan aib sebabkan dakwahnya kepada perdamaian. Allah SWT berfirman: فَلَا تَهِنُوا وَتَدْعُوا إِلَى السَّلْمِ وَأَنتُمُ الْأَعْلَوْنَ وَاللَّهُ مَعَكُمْ وَلَن يَتِرَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
            Diantara karakterisktik perdamaian adalah memulyakan perjanjian, akad, dan berpegang teguh padanya dan tidak menginkari antara kedua belah pihak.
Dan diantara karakteristik perdamaian dalam Islam adalah saling memaafkan, dan berjabat tangan,  فَاصْفَحْ عَنْهُمْ وَقُلْ سَلَامٌ
            Dan diantara karakristik perdamaian adalah saling menolong,  وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
Dan diantara karakteristik perdamaian adalah memerintahkan kebaikan dan mencegah kemunkaran. Dan melakukan syiar-syiar Islam, الَّذِينَ إِن مَّكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنكَرِ ۗ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ
Dan diantara karakteristik perdamaian adalah menaungi umat dengan naungan rasa aman yang melimpah, maka semuanya akan hidup dalam kenikmatan dan persaudaraan. Saling mencintai dengan meninggalkan permusuhan dan kebencian. Serta bersama-sama membangun dan memakmurkan. Menciptakan perdamaian dan saling tolong menolong, serta mencari segala hal yang baik bagi hamba dan juga negara.
Dalam rangka menghentikan peperangan antara dua negara Islam (Iraq dan Iran) serta melaksanakan perdamaian yang diserukan oleh Allah, maka orang yang mencari perdamaian harus memintakan taufiq dan barakah di dalam perjuangan yang ikhlas. Wa billahit Taufiq.




[1] Usamah! Bagaimana engkau akan mempertanggungjawabkan tindakanmu membunuh seseorang yang telah mengucapkan kalimat syahadat pada hari kiamat kelak?" kata Rasulullah sampai dua kali.

Read full post »
 

Copyright © Blog Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger