1.
Dakwah Islam kepada Perdamaian
Sesungguhnya Allah telah menyeru hambanya yang mukmin untuk masuk
ke dalam Islam yang kaffah dan tidak mengikuti langkah-langkah syaithan,
karena sesungguhnya syaithan adalah musuh yang sangat nyata menghalangi
manusia untuk masuk kedalam esensi nilai-nilai keisalaman. Maka sejatinya
manusia dan Syaithan adalah dua kubu yang saling berperang meski tidak ada yang
menang dan kalah. Allah ta’ala berfirman:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا
خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ
إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Rasulullah SAW menjelaskan bahwasannya di dalam Islam itu sendiri
adalah menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat. Suatu ketika Rasulullah SAW
mengutus Dihyah bin Khalifah Al-Kalby kepada seorang kaisar Heraclius tangguh
bangsa romawi dengan tulisannya yang berisi ajakan untuk masuk agama Islam yang
menjelaskan bahwa buah atau hasil dari masuk Islam adalah keselamatan, tidak
akan ada kecemasan akan kerajaannya, dirinya, dunianya, maupun akhiratnya.
Rasulullah SAW bersabda; “Aku telah mengajakmu dengan seruan Islam, masuklah
Islam maka kau akan selamat, Allah akan memberimu pahala dua kali lipat, dan jika
engkau berpaling kamu akan mendapat dosa Seluruh orang romawi (Arisiyyin)”.
Allah SWT telah memerintahkan kaum muslimin untuk menebar
kedamaian, jika terdapat musuh-musuh Islam yang condong terhadap agama Islam
dan memohon perdamaian, maka wajib bagi kaum muslimin untuk mengabulkan
permohonannya, jika memang perdamaian dan keselamatan itu sangat memberikan
kemaslahatan bagi mereka.
Sesungguhnya Allah SWT telah
mengutus Rasulullah SAW untuk mengabulkan permohonan perdamaian musuh-musuhnya
demi dakwah Islam. وَإِن جَنَحُوا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا . Allah
juga mengutus untuk bertawakkal kepada-Nya sehingga tidak ada ketakutan bagi
pemeluk agama Islam وّتّوّكَّلْ عَلَى الله, perkara tawakkal kepada Allah SWT akan
menjadikan penolong bagi mereka mencapai sebuah perdamaian dan pertolongan di
setiap langkah mereka. Dan Allah SWT itu Maha Mendengar terhadap segala ucapan
mereka dan Maha Mengetahui niat-niat mereka, sungguh Allah mengetahui siapa
yang benar dalam dakwahnya, apakah cenderung kepada perdamaian atau tidak.
Allah-lah satu-satunya yang mengetahui hal-hal yang tersembunyi, Allah SWT
Berfirman;
وَإِن جَنَحُوا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا
وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ
إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Diantara dakwah Islam adalah penguat keselamatan, Allah SWT
memerintahkan kaum mukminin untuk berpegang teguh pada perang dan jihad, serta
memperingatkan agar tidak membunuh seseorang yang mengucapkan kalimat Islam,
penghormatan terhadap Islam dan lambang-lambang keislaman yaitu; السلام
عليكم ورحمة الله وبركاته. Jangan tergesa-gesa
membunuh seseorang sampai terlihat jelas apakah dia dari golongan mukmin
ataukah dari golongan kafir. Jika terjadi suatu perkumpulan yang di dalamnya
terdapat seorang mukmin dan kafir, maka lebih utamakanlah seorang mukmin
daripada orang kafir kemudian utamakanlah ketika tampak jelas kebenaran bahwa
ia benar-benar dari golongan mukmin tanpa keraguan, sebagaimana firman Allah;
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا ضَرَبْتُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَتَبَيَّنُوا
وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ أَلْقَىٰ إِلَيْكُمُ السَّلَامَ لَسْتَ مُؤْمِنًا
تَبْتَغُونَ عَرَضَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فَعِندَ اللَّهِ مَغَانِمُ كَثِيرَةٌ ۚ
كَذَٰلِكَ كُنتُم مِّن قَبْلُ فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْكُمْ فَتَبَيَّنُوا ۚ إِنَّ
اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا
Asbabun Nuzul turunnya ayat mulia ini adalah, dari sahabat Ibnu Abbas RA
berkata: ada seorang laki-laki muslim yang mendapati ghanimah (harta
rampasan), kemudian laki-laki tersebut mengucapkan “Asslamualaikum”,
akan tetapi laki-laki tersebut membunuhnya dan mengambil ghonimah
tersebut. Maka turunlah ayat tersebut, yaitu jangan mengucapkan kepada orang
yang memulyakanmu atau menghormatimu yang mana mereka memberikan salam
kepadamu, janganlah engkau mengatakan “kamu bukanlah seorang mukmin” yang
bertujuan mencari ghonimah orang tersebut. Sesungguhnya Allah memiliki
banyak ghonimah. Dan ghonimah Allah lebih baik daripada ghonimah
seperti itu (seperti yang dilakukan di atas).
Diriwayatkan, Suatu ketika Rasulullah benar-benar
marah kepada Usamah bin Zaid dikarenakan Usamah telah membunuh Mirdas bin
Nuhaik dalam insiden penaklukan benteng Khaibar. Kala itu, kaum muslimin
terlibat pertempuran dengan kelompok musyrikin. Seorang musyrik, Mirdas
bin Nuhaik, berhasil membunuh beberapa prajurit muslim. Usamah kemudian memburu
Mirdas hingga dia terjepit. Dalam kondisi seperti itu, Mirdas kemudian
mengucapkan kalimat syahadat yang berbunyi “La ilaha Illa Allah Muhammadur
Rasulullah, Assalamualaikum”. Tetapi, Usamah ragu dengan keimanan Mirdas,
sehingga Usamah tetap membunuh Mirdas yang jelas telah memeluk Islam.
Kabar itu terdengar sampai ke telinga
Rasulullah SAW hingga membuat beliau marah. Kemudian Usamah menjawab
bahwasannya ia bersyahadat hanya pada lisan dan tidak dalam hatinya, dalam
suatu riwayat Mirdas bersyahadat karena takut dengan pedang Usamah. Rasulullah
menjawab dengan wajah memerah karena marah. "Kenapa
tidak kau belah saja hati orang itu sehingga kau tahu apakah hatinya
mengucapkan kalimat syahadat atau tidak?".
Usamah kemudian meminta Rasulullah SAW
untuk memohonkan ampun kepada Allah SWT. Rasulullah SAW pun menampik hal itu
dengan bertanya: Bagaimana dengan lafadz La ilaha Illa Allah?”[1].
Melihat Rasulullah masih marah Usamah tampat sedikit gelisah dan galau sampai
kemudian Rasulullah memerintahkan untuk memerdekakan budak.
Diantara nilai-nilai Islam yang tepat
adalah tentang seruannya untuk menciptakan perdamaian dan keamanan sebagaimana
firman Allah; وَإِنْ أَحَدٌ مِّنَ الْمُشْرِكِينَ
اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّىٰ يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ
مَأْمَنَهُ. Demi terhindar dari pertumpahan darah, sehingga
tidak ada pembunuhan dan permusuhan yang bertujuan menjaga nyawa manusia
sekalipun bukan dari golongan sesama muslim. Agama Islam itu melindungi dan
memberikan keamanan bagi orang non muslim yang telah terikat perjanjian (kafir Mu’ahad)
dan juga non muslim dzimmi (kafir dzimmi) sebagaimana yang disabdakan
oleh Rasulullah SAW: “Barang siapa yang membunuh kafir mu’ahad, maka dia
tidak akan mencium bau surga. Dan bau surga diperoleh seperti berjalan 40
tahun”.
2.
Tujuan Dakwah Menuju Keselamatan
Diantara tujuan
dakwah Islam adalah seruan untuk menciptakan sebuah perdamaian, keamanan dan
ketetapan. Sebagaiamana yang disabdakan Rasulullah SAW; اسلم
تسلم , masuklah Islam maka
kau akan selamat.
Dalam perjalanan Islam mewujudkan
perdamaian, terdapat beberapa syarat yang ditentukan antara orang-orang Islim
dan non Islam, akan tetapi syarat tersebut dalam sebagian kasus justru merugikan
orang-orang Islam. Dalam hal ini Allah menjadikan usaha dan upaya orang-orang
Islam dalam menjaga dan mewujudkan perdamaian sebagai sebuah amal kebaikan, dan
itu pulalah yang dilakukan oleh Rasulullah dalam ‘Shuluh Hudaibiyah’
(perdamaian yang dilakukan di Hudaibiyah). Syarat-syarat dan ketentuan yang
disepakati merugikan umat Islam, dan sebagian sahabat yang paling getol menolak
Shuluh Hudaibiyah adalah Umar bin Khattab, akan tetapi Rasulullah SAW
masih terus berusaha memilih dan mewujudkan perdamaian ini. Akhirnya Rasulullah
SAW menerima perdamaian yang disebutkan dalam suatu riwayat “ini adalah sebuah
perdamaian yang disepakati oleh nabi Muhammad dan Suhail bin Amru, keduanya
bersepakat untuk menghentikan peperangan di antara mereka selama sepuluh tahun,
dimana mereka saling berdamai dan menahan untuk tidak menyerang. Andaikata ada
orang kafir Quraisy yang datang kepada nabi Muhammad tanpa izin kepada
pimpinannya, maka umat Islam harus mengembalikan kepada orang Quraisy. Sebaliknya
jika terdapat dari golongan orang Islam yang datang kepada orang Quraisy, maka
tidak dikembalikan alias menjadi tawanan. Diantara kita ada perjanjian yang
telah dijaga, tidak ada pengangkatan pedang dan tidak ada penghianatan. Barang
siapa yang ingin menjadi pengikut Muhammad, maka diperbolehkan dengan sukarela
begitu juga sebaliknya, jika terdapat orang Islam yang ingin kembali ke kafir
Quraisy maka diperbolehkan.
Mengapa Islam benar-benar ingin
mewujudkan perdamaian?, karena yang diinginkan dari perdamaian adalah keamanan
yang sejatinya adalah kenikmatan yang paling agung dan mulia. Berdasarkan
riwayat Abdullah bin Muhsin Al-Anshori RA, beliau berkata: Rasulullah SAW
bersabda, “barang siapa diantara kalian yang merasa menjadi aman di dalam
lingkungannya, menjadi sehat di dalam jasadnya, merasa berkecukupan dalam
pangannya di hari itu, maka seakan-akan dunia dan seluruhnya ditundukkan kepada
kalian”. Itulah sejatinya kenikmatan dari perdamian.
Tujuan perdamaian ditinjau dari
aspek individu maupun sosial adalah menjaga perdamaian umat Islam untuk tidak
menyakiti satu sama lain baik dari segi ucapan ataupun perilaku. Abdullah bin
Amru bin ‘Ash RA berkata: Nabi Muhammad
SAW bersabda, “Seorang muslim adalah yang menjaga atau menyelamatkan muslim
lainnya dari lisannya dan tangannya. Dan seorang yang hijrah adalah yang
berhijrah untuk meninggalkan perkara yang dilarang Allah”.
Untuk menjaga ketetapan dan keamanan, aktifitas kestabilan bumi,
dan juga menjaga akidah agama, dianjurkan kepada umat Islam untuk berjuang di
jalan Allah, yaitu dengan menjaga hukum-hukum Allah dan kehormatanNya. Menolong
hak-hak manusia yang bertujuan untuk mencegah kedzaliman dan permusuhan.
Sesungguhnya jihad adalah suatu jalan untuk menjaga dan mewujudkan perdamaian.
Usaha atas perdamaian tersebut adalah perlawanan terhadap kejahatan yang bisa
melemahkan keamanan.
Dalam hal ini Allah SWT telah memerintahkan perdamaian diantara
permusuhan, Alquran sebagai sumber perdamaian dan keadilan. Allah berfirman:
وَإِن
طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا ۖ فَإِن
بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَىٰ فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّىٰ
تَفِيءَ إِلَىٰ أَمْرِ اللَّهِ ۚ فَإِن
فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا ۖ إِنَّ
اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
Bukanlah dinamakan orang Islam dengan keislaman yang sempurna
kecuali ketika ia menyelamatkan orang-orang
Islam lainnya dari lisan dan tangannya.
Sesungguhnya Islam adalah ‘penjagaan diri pada sebuah perdamaian’,
yang telah Memerintah manusia apabila lewat di masjid atau di pasar hendaknya
menahan kebangsawanannya sehingga tidak menyinggung siapapun. Dari Abu Musa
Al-Asy’ari RA berkata: Rasulullah bersabda, barang siapa lewat dengan
sesuatu di masjid kita, pasar kita, hendaklah menggenggam kebangsawanan menahan
kebenaran yang kaffah, agar tidak menyinggung satu muslim atas muslim lainnya.
Islam menjadikan setiap pembawa perdamaian untuk orang-orang muslim
agar jauh dari koridor agama, Dan jauh dari jalan Islam yg sempurna yg mengajak
pengikutnya kepada keamanan, keselamatan, tidak ada rasa ragu, takut ataupun
gentar. Dari Abu Hurairah RA: Nabi Muhammad SAW bersabda, “barang siapa yang
membawa pedang maka bukanlah dari golongan kita, dan barang siapa menipu kita
maka bukanlah dari golongan kita”.
Islam menganjurkan setiap yang diperbuat atau dipijak hendaknya
membekas takut atau terlepas dari hati manusia baik secara sungguhan atau
sekedar hanya main-main. Dari Abdullah bin Said dari ayahnya, dari kakeknya
mendengar: sesungguhnya Rasulullah bersabda ”jangan mengambil salah satu
diantara kamu mengambil harta sudaranya baik main-main atau sungguh-sungguh”.
Dari Abu Hurairah RA: Sesungguhnya Nabi SAW bersabda “barang siapa berisyarah
(tanda) kepada saudaranya dengan besi, maka malaikat akan melaknatnya sehingga
melepasnya walaupun saudara satu ayah dan seibu”.
Demikian kami melihat Islam yang mengharamkan seseorang berisyarah
dengan besi. Walaupun tidak memukul dan tidak mengenai seseorangpun, akan
tetapi Islam sangat menghawatirkannya. Demi menjaga kedamaian, keamanan,
ketenangan, dan kestabilan.
Bahkan hanya memperlihatkan yang menakutkan dalam betuk lainnya pun
Islam telah mengharamkannya. Dari Ibnu Umar RA berkata: Rasulullah SAW
bersabda, “barang siapa melihat orang Islam dengan pandangan yang
menakutkan, maka Allah akan menakutinya di hari kiamat”.
Dari sini kita tahu bahwa Islam disetiap pesannya adalah agama
keselamatan/pedamaian dan aman, maka wajib bagi orang Islam di bumi ini baik individu
maupun sosial, sebagai imam ataupun bangsa, hukum-hukum tatanan hendaknya
menjadi pedoman atas terciptanya suatu perdamaian.
3.
Mendapatkan Perlindungan Merupakan Buah
dari Iman dan Amal Baik
Allah SWT telah berjanji kepada
utusanNya Rasulullah Muhammad SAW untuk menjadikan umatnya sebagai khalifah/pemimpin
di muka bumi, dan menjadikannya pemimpin manusia serta menjadikan sebuah Negara
menjadi baik. Sebagaimana janjinya akan menjadikansebuah ketakutan menjadi
keamanan. Allah SWT telah menyatakan dalam sebuah firman yang berbunyi;
وَعَدَ
اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ
وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم
مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ
يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَن
كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Telah dibenarkan janji
Allah kepada utusanNya ini, sehingga Rasulullah SAW belum berpindah dari sisi
tuhannya sampai benar-benar dibukakan untuknya pintu Makkah, tanah Khaibar, dan
Negara Arab.
Rasulullah SAW beserta sahabatnya dan keluarganya telah menetap dan
bertempat tinggal di makkah sekitar sepuluh tahun. Dimulai dengan beribadah
secara sembunyi-sembunyi, mereka dalam keadaan takut dan Allah tidak
memerintahkan Muhammad dan keluarganya untuk berperang. Sehingga Allah
memerintahkan kepada mereka untuk berhijrah ke Madinah serta memerintahkan
mereka untuk berperang. Kala itu mereka khawatir sehingga siang malam mereka
selalu memegang senjata. Mereka mendapat perintah Allah untuk bersabar atas
kehendakNya bagi mereka yang mau bersabar. Dan salah satu sahabat bertanya: apakah
sepanjang tahun kita akan terus khawatir seperti ini? Tidakkah datang waktu
dimana kita merasa aman tanpa memegang senjata?, Maka Rasulullah menjawab:
kalian tidak akan bisa sabar kecuali sedikit saja, sampai ada seseorang
laki-laki duduk bersila diantara kalian di tengah keramaian yang tidak ada besi
di dalamnya. Kemudian Allah SWT menurunkan ayat ini dan menampakkan pada RasulNya
pulau Arab yang aman tanpa senjata.
Sungguh Allah SWT melindungi Rasulullah SAW dan orang-orang yang beriman
sebagaimana yang ada pada janji Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin
Affan RA. Semoga Allah meridhoi mereka semua.
Rasulullah telah berjanji kepada kaum muslimin tentang keamanan,
beliau berkata kepada ‘Adi bin Hatim ketika beliau mengutusnya: apakah kamu tau
hiroh? Dia berkata: saya tidak mengetahui akan tetapi saya pernah
mendengarnya. Rasul SAW berkata: demi nyawaku yang berada di tangannya,
bahwasannya Allah mengharapkan perkara ini hingga unta tunggangan keluar dari hiroh
dan berthawaf tanpa ada seorangpun yang
menyandingimu. dan akan dibebaskan kekayaan Kisro bin Harmaz, saya berkata;
Kisro bin Harmaz berkata: iya, dan harta-harta akan diberikan hingga tak
seorang pun yang menerimanya. ‘Adi bin Hatim berkata: unta tunggangan keluar
dari hiroh dan berthawaf tanpa disandingi seorangpun. Seperti itulah
kejadian atau peristiwa keimanan yang seperti janji Rasulullah SAW, datang buah
dari keimanan kepada Allah, menjaga hubungan silaturrahium dan melakukan amal
sholeh.
Keamanan yang mana merupakan
nikmat di dunia yang diserukan oleh para nabi dan utusan. Seperti halnya dalam
dakwahnya Nabi Ibrahim AS: "Ya Tuhanku, jadikanlah
negeri ini negeri yang aman " (Al-Baqoroh 126) dan seperti yang telah disebutkan dalam ayat
terdahulu: “Dan Allah telah berjanji kepada oang yang beriman.” (An-Nur
55) itu juga termasuk nikmat Allah SWT di akhirat yang mana Allah akan
memberikan nikmat kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan tunduk, seperti
firman Allah: Sesungguhnya orang-orang yang
bertakwa berada dalam tempat yang aman,
(Ad-Dukhan 44:51) dan juga seperti firman Allah: Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan
iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan
mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunju”. (Al-An’am 82)
Dan ketika ayat ini turun, Rasulullah Muhammad SAW bersabda: “Dikatakan
kepadaku bahwa engkau termasuk di dalamnya.” Rasulullah juga bersabda: “Barang
siapa yang diberi (nikmat) dan bersyukur, dan dicegah (dari rezeki) kemudian
bersabar, dan didzolimi tapi memberikan maaf,” Rasululah terdiam dan
kemudian para sahabat bertanya, ” Wahai Rasulullah, apa yang terjadi dengan
mereka?”, Rasulullah bersabda, ”Merekalah orang-orang yang mendapatkan aman
dan diberi petunjuk.”
Seperti halnya rasa aman itu buah dari iman, begitupun amal sholeh
juga merupakan tanda kesungguhan dari iman. Jika iman seseorang dan sekelompok
orang benar-benar sungguhan, maka mereka akan hidup dalam rasa aman. Tidak akan
ada rasa takut dan panik serta tidak akan membuat orang lain ketakutan. Tidak
akan memberikan kepanikan bagi orang lain, justru berpaling kepada orang yang
beriman dan memberikan keamanan bagi mereka di dalam darah dan hartanya.
Sungguh Rasulullah telah menjelaskan tanda-tanda orang mukmin yaitu
yang memberikan rasa aman bagi orang lain. Rasulullah telah bersabda: “Orang
mukmin itu adalah orang yang mmeberikan rasa aman bagi mukmin lainnya di dalam
darah dan hartanya”.
Fokus kepada rasa aman, rasa aman merupakan tanda yang istimewa
bagi masyarakat muslim dan juga tanda keterikatan seorang mukmin. Kita sedang melihat,
sungguh Rasulullah SAW melihat seseorang yang mengharapkan suatu kebaikan dan
tidak menakut-nakuti salah satu darinya serta melihat seseorang yang memercayai
sebuah keburukan yang ada di sekitarnya dengan menyatakan bahwa sesungguhnya manusia
ini adalah sebaik-baik manusia. Maka Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik
dari kalian adalah seseorang yang mengharapkan kebaikan dan memercayai suatu
keburukan”.
Agama Islam mengingkari orang yang menggunakan senjata di luar
kegunaan aslinya dan juga untuk tujuan yang tidak benar. Diriwayatkan dari
Hasan: Sesungguhnya ada seorang lelaki yang menyatakan perang senjata kepada
lelaki lain dan kemudian membelahnya. Kabar ini kemudian sampai kepada Abu Musa
Al-Asy’ari, kemudan berkata: Sampai saat ini para malaikat masih saja melaknat
orang tersebut sampai orang itu menyarungkan kembali pedangnya atau
disarungkan. Islam telah mengharamkan pembunuhan manusia terhadap saudara sesama
manusia dan memberikan terror kepada sesama manusia dalam keadaan apapun. Islam
telah memperingatkan janji bagi orang muslim yang mmebunuh dengan (ancaman)
neraka. Karena meraka telah keluar dari dakwah Islam yang memberikan rasa aman
dan rasa nyaman (bagi pemeluknya).
Dari Abu Bakar RA beliau berkata, “Jika ada dua orang muslim yang
saling bertemu, kemudian salah satu dari mereka membunuh yang lainnya, maka Si
Pembunuh dan orang yang terbunuh, keduanya masuk ke dalam neraka. Kemudian
dikatakan kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, ini hanya hukuman untuk pembunuh,
lalu mengapa yang terbunuh juga terkena hukuman?” Rasulullah berkata,”Sesungguhnya
yang terbunuh juga memiliki ambisi untuk membunuh temannya”.
Rasulullah telah mnejelaskan bahwa sesungguhnya seorang mukmin itu
yang memberikan rasa aman bagi orang muslim lainnya, dan tidak memberikan rasa
takut, terror kepada muslim lainnya, justru memberikan rasa aman bagi mereka di
dalam darahnya dan juga hartanya. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, ”Seorang
mukmin adalah yang memberikan rasa aman bagi muslim lainnya di dalam darahnya
maupun hartanya.”
Sesungguhnya Rasulullah telah menjelaskan bahwasannya metode dakwah
Islamiyah adalah metode yang bersahaja
dan menentramkan.
Alqurán telah memberitahukan kepada kita dalam Alquran tentang gambaran “ الأمن dan الأمان ” “Aman dan Iman”
yang telah Allah siapkan untuk orang mukmin yang ikhlas dalam beramal. Allah
SWT telah memberikan rasa aman kepada umat Islam suatu tempat yang aman bagi
mereka yaitu di Makkah Mukarramah, namun sebagian kaum musyrikin yang bermukim
disana menggunakan alasan disebabkan karena lemah, dan menjamin dengan alasan
tidak memiliki kesehatan, mereka juga mengajukan argumen untuk tidak mengikuti
petunjuk karena mereka takut pada diri mereka sendiri dan mereka tidak merasa
aman dari musuh-musuhnya. Mereka takut mengikuti Rasulullah jikalau orang-orang
musyrik merampok mereka dan orang-orang tersebut adalah tetangga mereka
sendiri. Kemudian Allah menanggapi alasan lemah tersebut, dijelaskan pula pada
mereka alasan itu mencegah datangnya perlindungan dan rizki mereka hingga setelah
mereka memasuki agama Allah, Allah berfirman dalam Qs. Al Qasas ayat 57 yang
artinya “Dan mereka berkata”jika kami mengikuti petunjuk bersamaengka,
niscaya kami akan diusirdari negeri kami” (Allah berfirman) bukankah kami telah
meneguhkan kedudukan mereka dalam tanah haram (tanah suci) yang aman, yang
didatangkan ketempat itu buah-buahan yang didatangkan dari berbagai macam
(tumbuh-tumbuhan) sebagi rizki (bagimu) dari sisi kami? Tetapi kebanyakan
mereka tidak mengetahui”.
Rasa aman dan ketenangan merupakan
dua nikmat Allah yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan tunduk.
Ketika Allah memerintahkan kepada hamba-Nya, Allah mengingatkan kepada
hamba-Nya tentang dua hal ini. Kemudian berkata kepada kafir Quraisy: "Maka hendaklah mereka
menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberi
makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari
ketakutan." (Al-Quraisy 3, 4). Jika rasa aman dan ketenangan
merupakan dua nikmat yang agung, maka itu berkebalikan dengan dua musibah yang
diberikan oleh Allah SWT kepada kaum kafir Quraisy, yaitu rasa takut dan
kelaparan: "Dan Allah telah membuat
suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram,
rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi
(penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan
kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka
perbuat." (An-Nahl 16:112)
4.
Senjata Merupakan Keputusan Darurat Dalam
Islam
Agama Islam memerintahkan pengikutnya untuk mempersiapkan kekuatan,
yang dimaksudkan bukan mempersiapkan kekuatan untuk berjihad dan membunuh akan
tetapi lebih dimaksudkan untuk pertolongan dan perlindungan. Sehingga
memungkinkan akan ditemukan hikmah dari ta’bir dari ayat ini;
وَأَعِدُّوا لَهُم مَّا اسْتَطَعْتُم مِّن
قُوَّةٍ وَمِن رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ
وَآخَرِينَ مِن دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ ۚ وَمَا
تُنفِقُوا مِن شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لَا
تُظْلَمُونَ
Ayat ini berbicara tentang alasan mempersiapkan senjata untuk
menakut-nakuti musuh Islam dan orang-orang yang berkoalisi dengan mereka dan
orang-orang yang menolong musuh Islam dari belakang. Meskipun orang-orang Islam
tidak mengetahui siapa yang ada di balik orang-orang yang memusuhi Islam, akan
tetapi Allah telah Mengetahui dan itu yang menjadikan musuh-musuh Islam takut.
Akan tampak semua rencana buruk atau kebusukan
mereka yang membantu musuh-musuh Islam dengan bantuan-bantuan rahasia,
baik dari senjata perang ataupun alat militer.
Ketika persiapan kekuatan ini membutuhkan kedermawanan kaum
muslimin secara keseluruhan, maka ayat ini diakhiri dengan ajakan dakwah untuk
berinfaq melalui redaksi ayat yang mengajurkan menyerahkan harta di jalan Allah
dalam bentuk apapun.
وَمَا تُنفِقُوا مِن شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لَا تُظْلَمُونَ
Sesungguhnya
persiapan yang kuat itu bisa membantu perdamaian dan perlindungan, yang
merupakan hal mutlak. Perdamaian tanpa ditopang dengan kekuatan dan sokongan
umat yang bisa membuat takut pasukan itu dinamakan dengan perdamaian yang lemah
yang justru lebih mendekatkan pada kekalahan.
Adapun perdamaian
yang kuat adalah yang dilindungi oleh kekuatan. Yaitu yang berdiri di atas
kebenaran, keadilan, dan keseimbangan. Perdamaian inilah yang digaungkan oleh
Islam. Maka dari itu, Allah mengiringi ayat dakwah dengan persiapan kekuatan guna
mengantisipasi mereka yang mengajak perdamaian, jika memang musuh menghendaki
perdamaian itu.
وَإِن
جَنَحُوا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ
إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Dan jika ternyata
musuh berusaha untuk membuat tipu daya dan mengingkari janjinya, maka
sesungguhnya Allah akan menolongmu dan orang-orang mukmin.
وَإِن
يُرِيدُوا أَن يَخْدَعُوكَ فَإِنَّ حَسْبَكَ اللَّهُ ۚ هُوَ
الَّذِي أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِينَ
Bersamaan dengan
perhatian Islam terhadap kekuatan yang bisa menjaga perdamaian, Sungguh Islam
sangat memberikan perhatian terhadap perdamaian itu sendiri, begitu juga
terhadap tiap-tiap langkah mewujudkannya.
Begitu indah perkataan Rasul pada hari Hudaibiyyah;
والله
لا تدعوني قريش إلى خطة توصل فيها الأرحام وتعظم فيها الحرمات الا اعطيتهم إياها
Demi Allah
seandainya Quraisy itu mengajakku kepada sesuatu, yang sesuatu tersebut akan
menyambung silaturrahmi antara aku dan quraisy, serta mengagungkan sesuatu yang
diharamkan maka pasti saya akan memberikan mereka.
5.
Perdamaian Merupakan Asas Hubungan
Manusia Dalam Islam
Telah disyariatkan
dalam sebuah perdamaian itu harus disertai dengan asas hubungan kemanusiaan,
Kalimat Islam itu diambil dari kata Salam, baik secara lafadznya
maupun perubahan lafadznya (tashrif). Karena sesungguhnya keduanya
mencakup keamanan dan ketenangan (perbuatan/ucapan). perjuangan perdamaian itu
tidak cukup hanya dimulai dari diri kita Tapi juga dengan yang lainnya dari
orang non muslim.
Berkenaan dengan hubungan orang-orang Islam satu dengan yang
lainnya, Islam telah datang untuk mempersatukan hati kaum muslimin dan
menjadikannya saudara seiman yang mempunyai hubungan besar sehingga menjadi
satu umat yang bersatu sebagaimana firman Allah “Sesungguh semua orang
mukmin itu bersaudara”. Dan Allah SWT berfirman;
وَالْمُؤْمِنُونَ
وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ
Rasulullah SAW
bersabda; "Orang mukmin harus menyayangi dan disayangi. Maka tidak ada
kebaikan bagi yang tidak menyayangi dan disayangi" artinya, wajib bagi
seorang mukmin untuk bersatu. Namun jika mereka berselisih dan terjadi
perbedaan maka para pemuka agama dan tokoh harus mendamaikan mereka. Jika salah
satu yang berselisih tidak patut/membangkang (dengan keputusan pemuka; dalam
hal ini ulama dan umara') maka wajib bagi orang muslim bersatu untuk
memerangi para pembangkang. Sebagaimana firman Allah;
وَإِن طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا ۖ فَإِن
بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَىٰ فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّىٰ
تَفِيءَ إِلَىٰ أَمْرِ اللَّهِ ۚ فَإِن
فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا ۖ إِنَّ
اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
Khalifah Abu bakar
As-Shiddiq memerangi orang yang menolak zakat dan golongan pembangkang (Bughot),
dan ulama’ ahli Fiqih sepakat jika pembangkang tersebut tidak keluar dari agama
Islam karena pembangkangannya. Karena Alquran masih memberikan label mukmin
kepada para pembangkang وَإِن طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
اقْتَتَلُوا
Berbicara mengenai hubungan antar orang-orang Islam dengan
orang non Islam yaitu hubungan saling mengenal, saling berbagi, saling
membantu, saling berbuat kebajikan dan keadilan, sebagiamana firman Allah SWT;
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ
شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ
أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ
اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Islam menyatakan
tidak adanya paksaan dalam beragama, لَا إكْرَاه
فِي الدِّين قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْد مِنْ الْغَيّ sebagaimana
Islam menjaga hak-haknya non muslim terkait kebebasan dalam berdialog dengan
menjaga etika dan menjauhi kekerasan. (Tujuanya; agar mereka non muslim
dibukakan pintu hidayah untuk masuk Islam).
Allah SWT
berfirman; وَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا
بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلَّا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ ۖ
وَقُولُوا آمَنَّا بِالَّذِي أُنزِلَ إِلَيْنَا وَأُنزِلَ إِلَيْكُمْ وَإِلَٰهُنَا
وَإِلَٰهُكُمْ
وَاحِدٌ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ , Islam memulai perdamaian dengan pertolongannya yaitu mengamankan
darah manusia dan menolong kehormatan dirinya. Alquran memperjelas barang siapa
yang membunuh seorang manusia, maka dia seperti telah membunuh manusia
seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka
seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. مِنْ
أَجْلِ ذَٰلِكَ كَتَبْنَا عَلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنَّهُ مَن قَتَلَ نَفْسًا
بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ
جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا
Allah melindungi
orang-orang yang menerima persetujuan untuk berdamai disaat mereka disakiti
oleh orang lain. Ketika mereka sudah bertawakkal, Allah akan mendukung
dan menolong mereka, meski mereka yang mengajak damai terkadang menyembunyikan
sifat Khiyanat dalam hatinya. Meskipun demikian, selama mereka menerima
damai dengan ikhlas, Allah akan mendukung dan menolong mereka. Allah-lah yang
mendukung dan menolong Rasul-Nya di perang badar dan menolong orang-orang
mukmin. Menyatukan hati mereka dengan iman, yang sebelumya hati meraka terpecah
belah.
وَإِن يُرِيدُوا أَن يَخْدَعُوكَ فَإِنَّ
حَسْبَكَ اللَّهُ ۚ هُوَ
الَّذِي أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِينَ , وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ ۚ لَوْ
أَنفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَّا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ
وَلَٰكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ ۚ
إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Seperti inilah
cara mereka mencintai satu sama lain karena Allah dan mereka menjadi saudara
atas nikmat Allah, diantara barisan-barisan mereka muncul suatu kedamaian.
Rasulullah SAW bersabda; sesungguhnya diantara hamba-hamba Allah terdapat
manusia-manusia yang mereka itu bukanlah para nabi dan bukan para syuhada’ akan
tetapi manusia-manusia tersebut akan menyaingi tempat para nabi dan syuhada’ di
hari kiamat. Para sahabat bertanya; siapa mereka wahai Rasulullah kemudian
Rasulullah SAW menjawab; mereka adalah kaum yang saling mencintai karena
Allah, padahal mereka tidak ada hubungan rahim dan tidak ada uang transaksi diantara
mereka, demi Allah wajah-wajah mereka adalah cahaya dan cahaya mereka berada di
atas cahaya, mereka tidak akan takut ketika manusia itu sedang dalam ketakutan
dan mereka tidak akan bersedih ketika manusia sedang dalam kesedihan. Sebagiamana
firman Allah SWT: إِنَّ الْمُسْلِمَ إِذَا لَقِيَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ فَأَخَذَ
بِيَدِهِ تَحَاتَّتْ عَنْهُمَا ذُنُوبُهُمَا، كَمَا تَتَحَاتُّ الْوَرَقُ مِنَ
الشَّجَرَةِ الْيَابِسَةِ فِي يَوْمِ رِيحٍ عَاصِفٍ، وَإِلا غُفِرَ لَهُمَا،
وَلَوْ كَانَتْ ذُنُوبُهُمَا مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ
6.
Masuklah ke dalam Agama Islam yang Kaffah
Alquran menjelaskan bahwa dakwah Islam datang dengan nilai-nilai
perdamaian, baik di beberapa tempat tinggal yang bermacam-macam maupun dalam suatu bentuk apapun. Semua menjelaskan
bahwa dakwah Islam adalah seruan/ajakan untuk menciptakan suatu yang aman dan
tenang, serta ketentraman dan ketenangan yang berjalan atas petunjuk Islam.
Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي
السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ
إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ , فَإِن زَلَلْتُم مِّن بَعْدِ مَا جَاءَتْكُمُ
الْبَيِّنَاتُ فَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Asal kata السلم :
dibaca fathah dan kasroh bermakna patuh dan taat, serta mempunyai
makna perdamaian atau meninggalkan perang/perselisihan. Seperti maqolah: السلم
الإسلام (Perdamaian Islam).
Sesungguhnya ayat
ini adalah seruan untuk orang-orang mukmin yang beriman agar merealisasikan apa
yang diperintahkan secepatnya, serta ajakan untuk berkasih sayang kepada
siapapun untuk masuk kedalam agama Islam yang kaffah.
Orang yang
menerima seruan dan mau masuk Islam, sejatinya dia telah masuk kedalam perdamaian
dan ketentraman baik di segala sisi maupun aspek. Sesungguhnya orang tersebut
berdamai dengan dirinya sendiri dengan merasa aman tanpa ketakutan, berdamai
dengan hati sehingga tidak mempunyai perasaan apapun kecuali kebaikan terhadap
sesama manusia dan tidak menyimpan suatu kejelakan dan keburukan apapun. Orang
tersebut juga berdamai dengan akal sehingga tidak pernah berpikiran sesuatu
yang membahayakan, dan berperilaku buruk terhadap manusia seperti perang atau sejenisnya,
serta berdamai dengan manusia sehingga tidak memancing musuh dalam kehidupan,
dan berdamai dengan oarang-orang di sekitarnya. Sesungguhnya orang tersebut
tidak berfikiran suatu keburukan akan tetapi lebih mencurahkan kedamaian dan
keamanan dalam hidupnya.
Selama masih
menjadi seorang mukmin, seorang hamba tidak boleh bersujud, menyembah dan
meminta pertolongan kepada selain Allah, إِيَّاكَ
نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Jadi,
seorang mukmin dalam keimanan dan perdamaiannya hanyalah menghadap kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Satu. Tiada tuhan yang berhak disembah
kecuali Allah. Sesungguhnya hanya Allah-lah pemilik kekuasaan yang hakiki,
kedudukan Allah berada di atas hamba-hambanya dan hanya Allah yang berkuasa
atas sesuatunya.
Atas dasar
tersebut, bagaimana mungkin orang-orang Islam tidak hidup dengan keselamatan
dan keamanan dibawah bayang-bayang akidah?, bagaimana mungkin orang-orang Islam
akan takut selain kepada Tuhannya?. Sesungguhnya orang-orang Islam berada di
bawah perlindungan Tuhan yang Maha Kuasa yang menciptakan seluruh alam dan
seisinya.
Inilah alasan terciptanya
manusia, Allah telah menciptakan manusia dengan hikmah yang sangat-sangat luhur
sebagaimana nash yang ada pada Alquran al-karim وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ . Jadi, sebenarnya manusia itu diciptakan hanya untuk beribadah.
Allah bermaksud dalam kata “Khalifah fil Ardhi” itu sebenarnya adalah untuk
beribadah, dan Ibadah adalah tujuan utama manusia. Sesungguhnya manusia dengan
segala pekerjaan, semangat, dan upayanya di dunia berjalan lurus seperti tujuan
diciptakannya manusia yaitu untuk beribadah kepada Allah.
Masih pantaskah
manusia berkhiyanat dengan tujuan awal diciptakannya manusia yaitu hanya untuk
beribadah?, apakah boleh manusia itu kurang ajar? Apakah pantas
jika manusia itu memerangi saudaranya, atau berlebihan ketika bermusuhan?
Tidak... tidak... sesungguhnya seseorang yang diciptakan hanya untuk beribadah
itu disetiap gerak dan aktivitasnya bernilai ibadah.
Sesungguhnya agama
yang dipercayai oleh manusia adalah agam yang bisa menjaga kehormatan manusia
seperti darah, harta dan harga diri manusia. Agama itu menjadikan satu dengan
yang lainnya berbelas kasih, berkasih sayang, dan berhubungan harmonis. Sebagaimana hadis nabi مثل
المؤمنين في توادهم و تراحمهم و تعاطفهم مثل الجسد؛ إذا اشتكى منه عضو تداعى له
سائر الجسد بالسّهر والحمّىّ (contohnya orang-orang iman dalam kasih sayang, belas kasih, dan
suka ria mereka itu seperti sebuah tubuh. Jika salah satu dari anggota tubuh
terkena musibah, maka anggota tubuh yang lain juga akan merasakannya, seperti
panas dan radang).
Rasulullah SAW
bersabda: setiap muslim tidak berhak atau haram menyakiti muslim lainnya
baik dari segi darah, harta, dan keringatnya. Sesungguhnya Islam itu
menyebarluaskan keselamatan/ kedamaian di dalam kehidupan, baik yang
berdampingan maupun sesuatu yang hidup. Persoalan dan hukum dibebankan kepada
seluruh penghuni negara ketika ada seorang yang mati karena lapar, bahkan
sebagian ulama’ fiqih berpendapat bahwsannya penduduk desa tersebut harus
dihukumi dengan sanksi diyat, harus menanggung diyat, karena
mereka tidak mempedulikan dan tidak menjaga mereka dari kelaparan serta tidak
memberikan harta-harta yang telah Allah titipkan untuk mereka yang kelaparan.
Ketika seseorang
tidak memasuki agama Islam dengan kaffah, sudah pasti mereka mengikuti
jalan Syaithan. Maka dari itu Alquran melanjutkan ayat untuk tidak mengikuti
jalan Syaithan setelah ayat perintah untuk masuk ke dalam islam yang
kaffah, yang berbunyi;
..........................وَلَا
تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ
إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ.
7.
Mengasihi Orang yang Mengasihi Umat Islam
dan Memerangi Orang Yang Memerangi Umat Islam
Allah SWT telah menjelaskan di dalam kitabNya yang mulia, bahwa
sesungguhnya orang-orang yang memberikan kepada orang-orang Islam sebuah
kedamaian dan yang menahan tangan-tangan mereka agar tidak membuat keonaran, baik
melukai atau memerangi orang-orang Islam, maka Allah tidak memberikan jalan bagi
orang Islam untuk memerangi mereka dan bahkan wajib bagi orang-orang Islam
untuk memberikan kedamaian kepada mereka. Dan membalas perbuatan mereka, jika
mereka memberikan keamanan dan keselamatan kepada kita maka kita juga harus
membalas sebaliknya.
Adapaun orang-orang yang tidak memberikan sebuah keselamatan kepada
orang Islam dan tangan-tangan mereka tetap berbuat keonaran, maka Allah
memerintahkan orang Islam untuk memusuhi mereka.
......فَإِنِ
اعْتَزَلُوكُمْ فَلَمْ يُقَاتِلُوكُمْ وَأَلْقَوْا إِلَيْكُمُ السَّلَمَ فَمَا
جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ عَلَيْهِمْ سَبِيلًا , سَتَجِدُونَ آخَرِينَ يُرِيدُونَ أَن
يَأْمَنُوكُمْ وَيَأْمَنُوا قَوْمَهُمْ كُلَّ مَا رُدُّوا إِلَى الْفِتْنَةِ
أُرْكِسُوا فِيهَا ۚ فَإِن
لَّمْ يَعْتَزِلُوكُمْ وَيُلْقُوا إِلَيْكُمُ السَّلَمَ وَيَكُفُّوا أَيْدِيَهُمْ
فَخُذُوهُمْ وَاقْتُلُوهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوهُمْ ۚ
وَأُولَٰئِكُمْ جَعَلْنَا لَكُمْ عَلَيْهِمْ سُلْطَانًا مُّبِينًا
Golongan yang kedua dari ayat tersebut adalah meskipun terkadang
mereka menampakkan hubungan baik dengan orang muslim, sejatinya mereka adalah
musuh-musuh Islam. Ayat ini menjelaskan bahwasannya kita tidak boleh memerangi
mereka sebelum mereka benar-benar menyerang atau hendak akan menyerang. Diperbolehkan
memerangi mereka sebagaimana سَتَجِدُونَ
آخَرِينَ يُرِيدُونَ أَن يَأْمَنُوكُمْ , dalam ayat سَتَجِدُونَ dijelaskan bahwa orang-orang Islam boleh
memerangi orang-orang non muslim dalam dua hal, yaitu saat mereka benar-benar
menyerang orang Islam dan kedua saat ditemukannya bukti bahwa mereka akan
benar-benar melakukan penyerangan kepada orang Islam.
Maka, perdamaian yang diserukan oleh agama Islam kepada pengikutnya
adalah sebuah perdamaian yang berdiri di atas keadilan dan tidak membahayakan
umat Islam, atau lebih tepatnya jika tidak ada yang menyerang umat Islam.
8.
Akhir Dari Musuh Perdamaian dan Musuh
Islam
Alquran telah menggambarkan tentang akhir dari musuh-musuh Islam,
yang mana mereka melakukan kesombongan di bumi dan juga suka membangkang. Yang
selalu menebarkan kebencian dan permusuhan. Pada masa kematiannya para
musuh-musuh Islam dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat dzalim
kepada diri mereka sendiri, karena mereka enggan untuk beriman dan hidup damai
dan lebih memilih permusuhan, perang, dan kerusakan. Musuh-musuh Islam akan
meninggal dalam keadaan sakit dan disiksa. Mereka berbohong dan mengatakan;
"Kami sekali-kali tidak ada mengerjakan sesuatu kejahatanpun"مَا
كُنَّا نَعْمَلُ مِن سُوءٍ ۚ ,
dan (Malaikat menjawab): "Ada, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
telah kamu kerjakan".بَلَىٰ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا كُنتُمْ
تَعْمَلُونَ, adapun balasan untuk
mereka adalah neraka Jahannam sebagaimana firman Allah SWT;
الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ
ظَالِمِي أَنفُسِهِمْ ۖ
فَأَلْقَوُا السَّلَمَ مَا كُنَّا نَعْمَلُ مِن سُوءٍ ۚ
بَلَىٰ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ , فَادْخُلُوا أَبْوَابَ
جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا ۖ
فَلَبِئْسَ مَثْوَى الْمُتَكَبِّرِينَ
Rasul SAW
memperingatkan secara keras kepada orang-orang yang bernafsu ketika membawa
senjata dan yang memukul tidak pada mestinya atau yang memukul kepada selain yang
ditentukan oleh Rasulullah, ketika mereka memukul dengan sewenang-wenang maka
konsekuensinya adalah mereka bukanlah dari golongan Rasulullah, sebagaimana
sabdanya: “barangsiapa yang memerangi kita bukanlah dari golongan kita, dan
barang siapa yang menipu kita maka bukanlah golongan kita”.
Sebagai bentuk
perhatian Islam atas perdamaian yang mana syaithan tidak dapat mempermainkan manusia
seorangpun, Nabi SAW melarang untuk menghunuskan pedang kepadanya. Diriwayatkan
dari Jabir RA. Beliau berkata, Rasulullah melarang membiarkan pedang dalam
keadaan terhunus. Islam bahkan melarang adanya ketakutan sebelum berperang,
Islam juga menjanjikan siapapun mereka yg menakut-nakuti manusia lainnya,
niscaya ia tak akan selamat dari kesusahan dan pnderitaan di hari Kiamat.
Sebgaimana Allah
telah menjelaskan bahwa perdamaian dan keselamatan merupakan nikmat Allah yang
agung, nikmat yang telah dikaruniakan oleh Allah bagi siapapun yang beriman,
membenarkan (ajaran Islam), beramal (sholeh), ikhlas, melakukan penghambaan
terhadap Tuhannya dengan sebenar-benarnya penghambaan, memegang teguh hubungan
antara Pencipta dan manusia lainnya atas dasar ajaran dan dakwah Islam, maka
sudah seharusnya dia menyembah Tuhannya serta menyukuri nikmat perdamaian dan
keslamatan.
"Maka hendaklah kalian
menyembah Tuhan pmilik rumah ini, yaitu dzat yang memberi mereka makan di saat
haus serta memberikannya perlindungan dari ketakutan."فَلْيَعْبُدُوا
رَبَّ هَٰذَا الْبَيْتِ الَّذِي أَطْعَمَهُم مِّن جُوعٍ وَآمَنَهُم مِّنْ خَوْفٍ .
Adapun ketika
manusia meningkari (kufur) akan nikmat-nikmat Allah SWT yang telah
diberikan, maka sesungguhnya Allah mengharamkan bagi mereka kebahagiaan dan
kedamaian hidup merekaوَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ
آمِنَةً مُّطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّن كُلِّ مَكَانٍ
فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ
بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ
Perdamaian
merupakan suatu jalan yang telah digariskan oleh Allah kepada orang-orang
mukmin. Perdamaian juga merupakann hadiah dari Allah kepada orang-orang mukmin,
yaitu suatu jalan kebenaran yang diberikan hidayah dan petunjuk, يَهْدِي
بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُم مِّنَ
الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَىٰ صِرَاطٍ
مُّسْتَقِيمٍ
Perdamaian yang
diserukan oleh agama Islam kepada pengikutnya adalah sebuah perdamaian yang
dilandaskan kebenaran dan keadilan, dan itulah sesungguhnya perdamaian orang
mukmin yang saling memberikan perlindungan, bukan damainya orang-orang yang
lemah dan orang-orang pasrah.
Yang dimaksudkan
dengan perdamaian yang dilandaskan pada kebenaran dan keadilan adalah sebuah
perdamaian yang tidak terdapat suatu kedzaliman, seperti contoh dighosob
bumi-buminya dan diambil harta-hartanya kemudian diam saja dengan kedzaliman
tersebut, hal tersebut bukan dinamakan perdamaian akan tetapi lebih condong ke
penyerahan dan kepasrahan.
Kedamaian yang
sesungguhnya dalam Islam adalah kedamaian yang berlandaskan kebenaran dan
keadilan sebagiamana yang telah dijelaskan. Misalkan yang berkaitan dengan
masing-masing individu dengan yang lainnya dalam hubungan antar sesama manusia,
kita melihat bahwa kedamaian itu dilandaskan pada sikap saling memaafkan
sehingga tidak menyia-nyiakan hak-haknya. Disyaratkan pula kedamaian itu tidak
ada kedzaliman, sebagaiman firman Allah;
وَعِبَادُ
الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ
الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
Termasuk adab-adab
dalam perdamaian adalah yang mengantarkan hubungan sesama manusia untuk berbuat
baik dan saling memaafkan sebagaimana firman Allah; فَاصْفَحْ
عَنْهُمْ وَقُلْ سَلَامٌ.
Dengan adanya
adab-adab ini, maka perdamaian akan terjaga dari hal-hal yang bisa
menghancurkan perdamaian, juga terjaga dari hal-hal yang menyebabkan hilangnya
perdamaian terbut.
Jadi,
perdamaian itu mempunyai beberapa syarat dan adab yang wajib disempurnakan
sehingga perdamaian tersebut akan menjadi nyata. Jika perdamaian itu sudah
benar-benar nyata maka wajib bagi semua elemen perdamaian untuk melakukan
adab-adabnya sehingga perdamaian itu akan tetap ada dan tidak ada pertentangan,
pengingkaran dan perselisihan.
Diantara
syarat-syarat perdamaian adalah; (Kebenaran), wajib menetapkan suatu
perdamaian baik secara individu, berkelompok, ataupun kedaulatan sebuah Negara
dengan sebuah bukti kebenaran, artinya tidak ditemukan sebuah kebathilan
sedikitpun dalam sebuah perdamaian. Dijelaskan bahwa sesungguhnya Islam adalah
agama yang benar, agama yang dibawa oleh Rasulullah SAW, Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman;
هُوَ
الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى
الدِّينِ كُلِّهِ
Syarat-syarat
perdamaian selanjutnya adalah (Adil), karena perdamaian yang
berlandaskan pada sebuah keadilan adalah makna dari pernamaian yang
sesungguhnya. Perdamaian seperti ini tidak mungkin ditemukan sebuah kedzaliman,
seperti menyakiti saudaranya yang lain, perampasan hak-hak orang lain, dan
tanah yang dighasab. Akan tetapi perdamaian itu harus lebih diarahkan kepada
nilai-nilai positif, seperti pengembalian hak-hak orang lain, mengamankan
manusia dari bayang-bayang ketakutan sehingga mereka akan merasakan sebuah
ketenangan batin. Maka dari itu, Keadilan merupakan syarat penting sebuah
perdamaian.
Diantara syarat
dari perdamaian adalah jika terdapat suatu janji dan akad antara dua belah
pihak yang mewajibkan setiap dari golongan untuk mengakhiri pembunuhan dan
beralih kepada perdamaian dan meniadakan permusuhan antara satu pihak dengan
pihak lainnya.
Allah SWT berfirman:
فَإِنِ اعْتَزَلُوكُمْ فَلَمْ يُقَاتِلُوكُمْ
وَأَلْقَوْا إِلَيْكُمُ السَّلَمَ فَمَا جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ عَلَيْهِمْ
سَبِيلًا
Diantara syarat-syarat perdamaian adalah Kekuatan dan tidak ada kelemahan,
tunduk dan berserah diri sehingga seorang muslim tidak menjumpai suatu
kerendahan dan aib sebabkan dakwahnya kepada perdamaian. Allah SWT berfirman: فَلَا
تَهِنُوا وَتَدْعُوا إِلَى السَّلْمِ وَأَنتُمُ الْأَعْلَوْنَ وَاللَّهُ مَعَكُمْ
وَلَن يَتِرَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
Diantara
karakterisktik perdamaian adalah memulyakan perjanjian, akad, dan berpegang
teguh padanya dan tidak menginkari antara kedua belah pihak.
Dan diantara karakteristik perdamaian dalam Islam adalah saling
memaafkan, dan berjabat tangan, فَاصْفَحْ
عَنْهُمْ وَقُلْ سَلَامٌ
Dan diantara
karakristik perdamaian adalah saling menolong, وَتَعَاوَنُوا
عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا
تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
Dan diantara karakteristik perdamaian adalah memerintahkan kebaikan
dan mencegah kemunkaran. Dan melakukan syiar-syiar Islam, الَّذِينَ
إِن مَّكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ
وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنكَرِ ۗ وَلِلَّهِ
عَاقِبَةُ الْأُمُورِ
Dan diantara karakteristik perdamaian
adalah menaungi umat dengan naungan rasa aman yang melimpah, maka semuanya akan
hidup dalam kenikmatan dan persaudaraan. Saling
mencintai dengan meninggalkan permusuhan dan kebencian. Serta bersama-sama membangun dan memakmurkan. Menciptakan perdamaian dan
saling tolong menolong, serta mencari segala hal yang baik bagi hamba dan juga
negara.
Dalam rangka menghentikan peperangan antara dua negara Islam (Iraq
dan Iran) serta melaksanakan perdamaian yang diserukan oleh Allah, maka orang
yang mencari perdamaian harus memintakan taufiq dan barakah di dalam perjuangan
yang ikhlas. Wa billahit Taufiq.
[1] Usamah!
Bagaimana engkau akan mempertanggungjawabkan tindakanmu membunuh seseorang yang
telah mengucapkan kalimat syahadat pada hari kiamat kelak?" kata
Rasulullah sampai dua kali.