PENDAHULUAN
Kewajiban dakwah merupakan suatu kewajiban yang telah Allah
perintahkan kepada kita semua sebagai umat islam untuk menyampaikan risalah
kebenaran islam. Pada hakikatnya, dakwah bukan hanya kewajiban nabi ataupun
para rosul yang mempunyai amanah khusus untuk menyampaikan setiap kebenaran dan
ketauhidan Allah, namun juga menjadi kewajiban setiap umat islam yang
mempercayai dan meyakini akan kebenaran islam sebagai Rahmatan lil alamin.
Sehingga, islam tidak hanya dipandang dari satu sisi saja melainkan berbagai
tinjauan yang akan mengantarkan kita kepada pemahaman yang menyeluruh. Dan
salah satu media yang bisa kita gunakan untuk menyampaikan risalah kebenaran
islam ialah melalui dakwah.
Dakwah islamiyyah sudah dimulai saat pertama kali Nabi Kita
Muhammad menerima washilah ataupun tanggung jawab untuk mengeluarkan manusia
dari kegelapan dan kejahiliyyahan hidup yang pada saat itu telah mencapai
klimaks kegelapan yang mencekam. Allah memerintahkan Rosulullah supaya
menyampaikan kebenaran risalah tentang keesaan Allh. Bukan hanya itu,
Rosulullah diperintahkan untuk mengenalkan aturan hidup yang jelas bagi umat
manusia. Dan aturan-aturan hidup yang Allah maksudkan adalah islam sebagai
dinnullah yang termaktub dalam konsep wahyu berupa Al-qur’an.
Perkembangan dakwah sejak wahyu pertama diturunkan kepada
Nabi (Q.s Al-Alaq :1-5, Al-Mudatsir dan Al-Mujammil), merupakan awal dimulainya
dakwah Rosul. Bagimana tidak, semenjak Rosulullah menerima legitimasi Allah
akan kerasulannya, saat itu pula perjuangan dakwah Rosulullah dimulai. Tapi
tentunya, Allah pun memerintahkan dakwah kepada Rosul secara bertahap dan tanpa
mengandung unsur paksaan. Dimulai dengan dakwah secara syir (secara sembunyi)
yang diperuntukkan kepada karib kerabat terdekat sampai dengan dimulainya
dakwah secara terbuka untuk menyampaikan kebenaran yang sebenarnya. Tentunya,
tidak serta merta kemudahan yang Rosul alami dalam menyampaikan kebenaran itu.
Banyaknya cercaan, hinaan, tantangan, bahkan sampai dengan upaya pembunuhan
terhadapnya, merupakan cerminan bagi kita betapa sulitnya dakwah yang Rosul
lakukan untuk menyampaikan kebenaran terhadap umatnya. Dan alhasil, dengan
tekad dan keyakinan Rosul-tanpa menyampingkan bimbingan wahyu yang Allah
berikan kepadanya-, dalam kurun waktu yang relatif singkat sekitar 23 tahun
agama islam bisa tersampaikan secara kaffah. Michael Hart dalam bukunya Seratus
Tokoh yang paling berpengaruh dalam
sejarah, menempatkan nabi Muhammad dalam posisi pertama.
Setelah Rosulullah meninggal, tidak berarti dakwah pun
berhenti sampai di situ. Melainkan sejak saat itu tanggung jawab dakwah
dilanjutkan oleh para sahabat dan pengikutnya. Munculnya istilah Khulafaur
Rasyidin, merupakan penerus risalah kenabian yang juga mempunyai peranan yang
signifikan dalam menyampaikan dakwah islamiyyah. Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin
Affan, dan Ali bin Abi Thalib adalah keempat sahabat terdekat nabi yang
senantiasa melanjutkan risalah kenabian dalam menyampaikan kebenaran. Di tangan
kepemimpinan mereka dakwah islam berkembang begitu pesat, islam bisa mencapai
puncak kejayaan sampai ke luar jazirah arab. Namun, saat itu pun tantangan
dakwah tak kalah beratnya, banyak hambatan yang mereka hadapi untuk
menyampaikan risalah tersebut. Baik itu hambatan di dalam umat islam sendiri,
maupun hambatan dari para musuh islam yang begitu gencar menentang risalah islam.
Terjandinya benturan firqah-firqah di kalangan umat islam
saat itu ikut mewarnai perjuangan dakwah yang dilakukan oleh amirul mukminin.
Setelah masa Khulafaur Rasyidin, dakwah islam diteruskan oleh Bani Umayah yang
saat itu dipandang telah merebut kekuasaan atau kudeta terhadap kekhalifahan
Ali bin Abi Thalib. Saat itu pula di kalangan umat islam semakin banyak terjadi
perpecahan yang dikhawatirkan akan merusak ukhuwah umat islam sendiri. Namun,
kecakapan dan keahlian politik yang dimiliki oleh Muawiyyah bisa meredakan
berbagai macam gejolak pemberontakan yang ada. Dan sejarah mencatat,
bahwasanya dakwah pada masa Bani Umayah
bisa mengantarkan islam ke luar Jazirah Arab, bahkan sampai ke Afrika dan
Eropa. Saat itu pula ilmu pengetahuan baik agama ataupun umum berkembang dengan
begitu pesatnya.
Dakwah adalah proses yang terus menerus akan dan harus
dilakukan, tidak hanya oleh Bani Umayah,
melainkan semua umat islam senantiasa melaksanakan dakwah sebagai sebuah
kewajiban dalam menyampaikan kebenaran islam yang sesungguhnya. Sampai sekarang
pun ghiroh perjuangan dakwah islamiyyah
berada dalam setiap jiwa kaum muslimin. Karena mereka yakin bahwasanya
kebenaran tak akan pernah bisa terkalahkan oleh kebatilan, jikalau timbul kebutuhan akan kebenaran itu
sendiri di kalangan umat islam.
Dan satu hal lagi, dakwah bukan saja kewajiban para ulama,
melainkan kewajiban bagi setiap kaum muslimin. Bukan hanya milik para umaro,
melainkan harus adanya kerja sama dari berbagai kalangan untuk mensukseskan
dakwah islamiyyah ini. Sehingga, di akhir zaman kelak kemenangan islam
benar-benar bisa dirasakan. Firman Allah
dalam Q.s Ali-Imran ayat: 104, 110, dan 159.
Begitu pesat perjalanan dakwah yang telah dilakukan oleh
kaum muslimin, dan begitu banyak pula hambatan yang menerpa proses dakwah itu
sendiri. Tidak hanya dulu, bahkan sekarang pun banyak hambatan yang menerjang
umat islam untuk menyampaikan risalah islam yang kaafah. Banyaknya para
penentang dakwah islam, jangan kita jadikan sebagai penghalang bagi kesuksesan
dakwah kita melainkan harus kita jadikan sebagai media atau alat untuk
meningkatkan ghiroh perjuangan dakwah yang kita lakukan.
Mengenai proses perjalanan sejarah dakwah, Dr.H.Syukriadi
Sambas M.Si. dalam bukunya dimensi ilmu dakwah membagi periodesasi perkembangan
dakwah dalam tiga kurun waktu yang berbeda, yaitu :
Periode klasik(650-1250M), yaitu masa kemajuan islam I
(650-1000 M) dimana terjadi dalam 3 masa pemerintahan yaitu Khulafaur Rasyidin,
Bani Umayah, dan Bani Abbas. Dan masa disintegrasi (1000-1250 M)
Periode pertengahan (1250-1800M), yaitu masa kemunduran I
(1250-1500M)dan masa tiga kerajaan besar (1500-1800M)
Periode Post Modern
(1800-sekarang)
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
2.1 Sejarah Singkat Bani Umayah
Asal usul nama bani umayah itu berasal dari nama” Umawiyah
ibnu Abdi Syams ibnu Abdi manaf”, yaitu salah seorang dari pemimpin kabilah
Quraisy di zaman jahiliyyah. Dahulunya, umawiyah senantiasa bersaing dengan
pamannya hasyim ibnu Abdi Manaf untuk merebut kekuasaan kaum arab quraisy saat
itu. Ada perbedaan yang mencolok antara
Bani Umayah dengan Bani Hasyim, saat Nabi Muhammad mulai melakukan dakwah
secara terbuka, keduanya menampilkan sikap yang berbeda. Bani Hasyim menjadi
penyokong dan pendukung kuat –baik yang telah masuk islam ataupun yang belum-
Rosulullah dalam menyampaikan risalah kenabiannya. Banyak dari kalangan
Bani Hasyim yang termasuk golongan Asabiquna Al-awalun dalam
menerima dakwah Rosul. Salah satunya adalah Ali bin Abi Thalib. Namun, Bani
Umayah menampilkan sikap yang sebaliknya, ia menjadi penantang keras dakwah
Rosulullah SAW. Artinya, sejak awal risalah Islam ada sebuah kontradiksi yang
terjadi antara Bani Umayah dan Bani Hasyim, padahal keduanya berasal dari satu
keturunan orang sama yaitu Abdu Manaf.
Kalau Bani Hasyim menjadi pendukung utama Dakwah Rosul, tetapi Bani
Umayah sebaliknya menjadi penentang keras dakwah Rosul. Ini meng-indikasi-kan
bahwasanya dakwah merupakan sebuah proses yang berkesinambungan yang tak bisa
dipaksakan.
Tercatat bahwa Bani Umayah mulai bisa menerima dakwah Islam
ketika terjadinya Futuh atau fathuh Makkah. Saat itu, Bani Umayah tidak
menemukan jalan lain selain memasukinya-memasuki agama islam-. Kita tidak
mengetahui secara pasti apa motif yang menyebabkan Bani Umayah menerima Islam,
apakah karena memang mereka sudah yakin akan kenabian dan kerosulan Muhammad?
Ataukah hanya karena mereka takut dan tidak menemukan jalan
yang lainnya untuk
menyelamatkan kabilahnya.
Dengan demikian, jelaslah bahwa Bani Umayah merupakan
golongan terakhir yang masuk Islam. Namun, perlu diingat bahwa setelah mereka
masuk Islam, sejak saat itu pula ghirah yang mereka tunjukkan begitu hebat
dalam memperjuangkan dakwah Islamiyyah, seolah-olah mereka ingin membalas semua
kebodohan dan penentangan yang dulu mereka lakukan terhadap islam. Dan
terbukti, saat itu Bani Umayah menjadi pedang-pedang tajam umat islam dalam
menyampaikan Risalah Islam. Sejak zaman Nabi, Khulafaur Rasyidin, sampai dengan
kekhalifahan mereka sendiri, Bani Umayah mencatat berbagai prestasi gemilang dalam dakwah Islam. Mulai dari
memerangi orang-orang murtad, nabi palsu, dan orang munafik yang tak mau
membayar zakat (saat pemerintahan Abu Bakar) sampai dengan perluasan dakwah
islam ke luar jazirah Arab, bahkan sampai ke Afrika dan Eropa. Dan memang Bani
Umayah mempunyai keahlian politik yang unggul dan jiwa kepemimpinan yang hebat.
Terbukti banyak dari kalangan Bani Umayah yang sering kali menduduki jabatan
penting saat kekhalifahan khulafaur Rasyidin. Misalnya, Muawiyyah yanag sering
kali didaulat menjadi Gubernur Syam baik pada masa Khalifah Umar ataupun
Utsman. Sejarah mengatakan bahwa hampir 20 tahun Muawiyyah menduduki jabatn
gubernur Syam. Ini menunjukkan bahwa memang layak Bani Umayah dijadikan sebagai
pigur kepemimpinan islam yang sukses.
Namun, sering kali kita menilai kekhalifahan Bani Umayah
sebagai kekhalifahan yang dihasilkan dari sebuah kudeta dari pemberontakan yang
mereka lakukan tehadap Amirul’mukminin Ali bin Abi Thalib. Bahkan ada satu
golongan yang mengkafirkan Bani Umayah sebagai golongan bughot yang harus diadili. Padahal, begitu banyak
jasa yang telah mereka lakukan terhadap dakwah Islam, seperti yang telah
diuraikan di atas. Memang, secara politik Muawiyyah seolah-oleh merebut jabatan
Khalifah yang seharusnya dipegang oleh Ali bin Abi Thalib yang telah lebih dulu
masuk Islam. Namun, kita jangan terjebak pada pemikiran yang picik dari satu
aspek saja menilai seseorang atau suatu golongan, terbukti dengan kepemimpinan
dan kekhalifahan yang telah dipegang oleh Bani Umayah bisa mengantarkan dakwah
islam jauh ke luar jazirah Arab. Bahkan dalam perkembangannya sejarah dakwah
islam pada masa Bani Umayah telah mencapai Afrika dan Eropa. Serta didukung
oleh perkembangan islam saat itu di berbagai bidang. Baik itu ilmu pengetahuan,
budaya, seni, politik, militer, dll.
Singkatnya, dapat kita katakan bahwa dakwah islam pada masa
Bani Umayah begitu urgen dan intens
dilakukan sebagai bentuk perjungan dan keyakinan mereka terhadap risalah
islam yang membawa
keselamatan dan rahmat
bagi seluruh Alam.
2.2 Kondisi Kaum
Muslimin pada Masa Bani Umayah
Benturan firqah-firqah di kalangan umat islam sudah terjadi
dimulai ketika wafatnya Rosulullah SAW, khususnya dalam dunia politik. Saat itu
umat islam disudutkan pada permasalahan seputar pengganti Nabi Muhammad sebagai
Amirul’mukminin. Antara layak dan tidak layak menjadi seorang khalifah. Kaum
muslimin saat itu saling mengklaim satu sama lain bahwasanya dari setiap
golongan mereka lah yang berhak menggantikan Nabi sebagai Amirul’mukminin.
Mula-mula ikhtilaf terjadi antara kaum muhajirin dan Anshor, tapi dengan
prinsip musyawarah yang diterapkan Nabi, akhirnya permasalahan itu bisa
terselesaikan. Namun, saat itu muncul pula pemberontakan dari kaum muslimin
yang murtad yang menganggap bahwa dakwah Islam telah berakhir seiring dengan
wafatnya Nabi. Muncul pula nabi palsu yang mengaku sebagai pengganti Muhammad,
dan terakhir munculnya orang-orang yang tidak mau membayar zakat. Lantas,
firqah atau ikhtilaf itupun tidak berakhir sampai disitu saja, pada zaman Umar
pun terjadi hal yang sama, namun karena kemahiran Umar dalam memimpin, segala
bentuk firqah saat itu bisa dibinasakan dan tercatat saat itu dakwah Islam
begitu jaya dirasakan. Pada zaman Utsman terjadi berbagai bentuk bughot atau
pemberontakan terhadap Amirul’mukminin, mereka menganggap bahwa kekhalifahan
Utsman adalah kekhalifahan yang lemah dan tidak sah. Bahkan saat itu, Khalifah
Utsman mati terbunuh oleh golongan yang tidak menginginkannya sebagai khalifah.
Pada saat itu dakwah islam begitu kentara terasa, hal yang paling bisa kita
rasakan dari kekhalifahan Utsman ialah pembukuan Al-qur’an yang dilakukannya
secara resmi. Dan firqah yang begitu kuat terjadi adalah pada masa kekhalifahan
Ali bin Abi Thalib. Sejak saat itu umat islam terbagi menjadi berbagai sekte
aliran yang satu sama lain saling mengkafirkan. Saat itulah awal kemunculan
ikhtilaf permasalahan seputar aqidah dengan munculnya para pengikut syiah,
khawarij, murji’ah, muktazilah, dll. Kami menyimpulkan bahwasanya firqah yang
terjadi saat itu ialah berawal dari kekuasaan politik mengenai jabatan khalifah
yang ingin diduduki. Muawiyyah dengan
kelincahan berpolitiknya dibantu oleh Amru bin Ash yang juga mahir dan cerdik
berhasil mengelabui Ali bin Abi Thalib dan pasukannya untuk menyerahkan jabatan
Khalifah. Dan saat itulah dimulai benturan firqah berdasarkan pada masalah
teologis yang dihadapi.
Sejak Muawiyyah menduduki jabatan khalifah, pemberontakan
terjadi dimana-mana. Tidak semua kaum muslimin mengakui dirinya sebagai
khalifah. Muawiyyah dianggap telah
melakukan kudeta terhadap kekhalifahan Ali, dan kemudian ia menerapkan sistem
monarchi dalam kekhalifahan Islam. Ia menginginkan jabatan khalifah yang
langgeng bagi semua keturunannya. Bahkan Nicolson - seorang orientalis –
mengatakan bahwa kemenangan Muawiyyah terhadap Ali adalah kemenangan
Aristokratis-Watsaniyyah[1].
Saat itu umat islam terpecah menjadi beberapa sekte aliran,
misalnya golongan syiah – pengikut Ali – yang
melakukan pemberontakan terhadap Muawiyyah, golongan Khawarij yang
mengkafirkan Ali beserta pengikutnya dan juga Muawiyyah beserta pengikutnya.
Dan berbagai bentuk pemberontakan yang lainnya. Namun, Muawiyyah tidak terpaku
pada segala bentuk pemberontakan itu. Ia berjuang keras menumpas segala bentuk
pemberontakan yang terjadi, dan saat situasi sudah membaik ia kembali melakukan
dakwah sebagai bentuk
kewajiban terhadap umat
islam.
Di tengah carut-marutnya perpolitikan saat itu dan berbagai
pemberontakan yang terjadi, Muawiyyah mulai melakukan pembangunan di berbagai
aspek kehidupan. Saat itu dakwah Bani Umayah terfokus pada bidang kebudayaan
dan politik. Aspek kehidupan yang ia jadikan sebagai bentuk dakwah ialah
mengembangkan Ilmu pengetahuan. Pada masa Bani Umayah Ghiroh memperdalam Ilmu
pengetahuan tidak hanya dilakukan dalam bentuk memahami Al-qur’an dan Sunnah,
memperdalam akhlak, aqidah, muamalah, dll, tetapi juga dakwah yang dilakukan
dalam bidang ini ialah mulai merambah ilmu pengetahuan umum yang telah dikembangkan
oleh bangsa-bangsa sebelumnya, seperti Yunani, Romawi, dll. Baik itu, dalam
bidang Bahasa, sejarah, filsafat, dan saintific[2].
Adapun dakwah Bani Umayah dalam bidang Politik dan Militer
mencakup ekspansi wilayah di luar jazirah Arab. Perluasan wilayah islam telah
sampai ke negara Asia, Afrika, bahkan Eropa. Artinya, politik luar negeri yang
dilakukan Bani Umayah sukses dilakukan dan saat itu Bani umayah .
Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa dakwah yang
dilakukan Bani Umayah telah mencakup berbagai aspek, di tengah berbagai
pemberontakan dan firqah yang terjadi pada awal pemerintahannya. Tapi dengan
kecakapan politik dan kepemimpinannya, ia berhasil membawa islam ke luar
jazirah Arab dan perkembangan Ilmu pengetahuan yang begitu signifikan.
2.3 Gerakan Dakwah pada Masa Bani Umayah
Kekuasaan Bani Umayah berumur kurang lebih 90 tahun dan di
zaman ini ekspansi yang terhenti di zaman kedua khalifah terakhir
dilanjutkan. Khalifah-kahalifah besar
yang telah membawa dakwah islam ke dalam kejayaan di antaranya : Muawiyyah bin
Abi Sufyan (661-680 M), Abd Malik Ibn Marwan (685-705 M), Al-Walid Ibn Al-Malik
(705-715 M), Umar bin Abd Al-Aziz (717-720 M) dan Hisyam Ibn Abd Al-Malik
(724-743 M)[3]. Begitu banyak kesuksesan dan kejayaan dakwah islam saat itu.
Pertanyaannya, gerakan dakwah apa yang
telah dilakukan Bani Umayah
untuk mensyiarkan Islam?
Dalam buku pengantar sejarah Dakwah, karangan Wahyu Ilaihi
dan Harjani Hefni, gerakan dakwah yang dilakukan oleh Bani Umayah dapat
diklasifikasikan dalam beberapa bidang, yaitu :
A. Gerakan Ekspansi Dakwah
Gerakan ekspansi dakwah yaitu gerakan dakwah yang dilakukan
dengan membuka wilayah dakwah baru. Pada periode ini kawasan islam semakin
luas, ajaran islam semarak dan menyelinap di hati rakyat. Eksistensi islam dirasakan bukan hanya di
daerah Syam, Syiria, Mesir, Sudan, Afrika Utara, dll, tapi juga sudah mulai
merambah kawasan Eropa yaitu di daerah Andalusia. Gerakan ekspansi ini
merupakan bagian dari politik luar negeri Bani Umayah dalam memperluas daerah
dakwan islam. Perluasan dakwah tersebut dilakukan di tiga kawasan, yaitu :
Asia kecil dan Negeri Romawi, pada saat ekspansi wilayah ini
kaum muslimin bertolak dari ibukota Dimasyq menuju laut tengah dengan
menggunakan armada laut yang begitu banyak, sekitar 1700 kapal.
Kawasan Afrika Utara dan Andalusia, Uqbah bin Nafie yang
melanjutkan aktivitas dakwahnya pada masa Utsman bin Affan. Di zaman Muawiyyah
ia menundukkan kota Tunis dan mendirikan kota Qairawan yang menjdai pusat
peradaban Islam saat itu. Sementara ekspansi ke barat (Andalusia) dilakukan pada zaman Al-walid, dimana Musa bin Nushair
dan Thoriq bin Ziyad berhasil menyebrangi selat Giblaltar untuk
menaklukan Andalusia.
Kawasan Sind dan Negeri di Seberang Sungai.
Namun, gerakan dakwah seperti ini kemudian melemah seiring
dengan kemunduran dan kelemahan Bani
Umayah di penghujung pemerintahannya.
B. Dakwah Di Bidang Kajian Dan Penulisan Ilmiah
Gerakan dakwah di bidang Ilmu pengetahuan begitu gencar
dilakukan. Bukan hanya ilmu pengetahuan agama yang berkembang melainkan juga
ilmu pengetahuan umum dan filsafat. Diceritakan bahwa cucu Muawiyyah, Khalid
bin Yazid, begitu menyenangi kedokteran dan kimia. Sehingga saat itu
pusat-pusat pengkajian dan penulisan ilmiah begitu mudah
ditemukan.
Gerakan ilmiah ini selalu bersamaan dengan gerakan futuhat islamiyyah.
Yaitu gerakan dakwah kombinasi yang dilakukan antara para umaro dan ulama.
Setiap kali terjadi penundukkan wilayah baru, saat itu pula adanya proses
tindak lanjut dari para ulama dalam mengajarkan fiqh, syariah, hadits, tafsir, dll. Pada saat khalifah
Umar bin Abdul Aziz memerintah, ilmu pengetahuan berkembang semakin pesat dan
banyak melahirkan para ilmuwan-ilmuwan muslim. Adanya halaqah-halaqah
islamiyyah semakin mengukuhkan gerakan dakwah di bidang ini.
Pakar sejarah menyebutkan bahwa banyaknya para mawali (budak
yang dimerdekakan) yang memberikan kontribusi yang besar tehadap islam. Salah
satunya yanag terkenal ialah Hasan
Bashri.
C. Memakmurkan Masjid Dengan Kajian Keagamaan
Pada masa ini gerakan profesionalitas dalam dakwah sudah
mulai kelihatan. Banyaknya halaqah-halaqah kajian ilmiah semakin mengukuhkan
gerakan dakwah Bani Umayah. Banyaknya forum pengkajian islam di masjid-masjid
semakin menjadikan gerakan dakwah mudah
dilakukan.
D. Pemurnian Dan Penggalakan Berbahasa Arab
Saat itu, bahasa Arab dijadikan sebagai bahasa resmi negara.
Luasnya kekuasaan dan daerah dakwah Bani Umayah, mengharuskan umaro dan ulama
saat itu mengembangkan dan menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa resmi negara
yang digunakan sebagai bahasa pengantar dan penulisan ilmu-ilmu pengetahuan.
Banyak sekali buku-buku pengetahuan yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
Arab.
E. Pengumpulan, Penulisan, Dan Peletakan Dasar-dasar
Metodologi Hadits
Penulisan hadits di masa Rosulullah dilarang untuk
dilakukan. Mengapa demikian? Karena saat itu untuk menjaga kemurnian al-qur’an
agar tidak tercampur dengan hadits-hadits nabi.
Perhatian masyarakat terhadap hadits begitu tinggi sekali
pada masa Bani Umayah. Bentuk kepedulian itu diwujudkan dalam tiga kegiatan
yaitu pengkajian, pengumpulan, dan pembukuan hadits.
Pengkodifikasian dan pembukuan hadits ini secara resmi
dilakukan pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz (99-101 H). Mengapa Khalifah
Umar bin Abd Aziz membuat kebijakan
yang berbeda dengan khalifah
islam yang lainnya?
Drs.Fatchur Rahman, dalam bukunya Ikhtisar Mushtalahul
Hadits menyatakan bahwa Ada beberapa motif yang menjadi inisiatif Khalifah Umar
bin Abd Aziz untuk melakukan itu, di antaranya :
Kemauan kuat beliau untuk membukukan hadits dan kekhawatiran
akan hilangnya hadits;
Kemauan beliau untuk membersihkan dan memelihara hadits dari
hadits-hadits maudlu;
Alasan tidak
terdewannya hadits secara resmi pada zaman Rosulullah dan khulafaur
rasyidin;
Selain gerakan-gerakan dakwah yang telah disebutkan di atas,
gerakan dakwah lain pun dilakukan pada masa Bani Umayah, berupa pembangunan
fisik dalam bidang arsitektur, seperti masjid-masjid, dengan adanya
perbaikan masjid madinah dan
mekkah.
Di bidang seni pun dakwah dilakukan dengan munculnya
penyair-penyair Arab seperti Umar
ibn Abi Rabi’ah, Qays
ibn Mulawwan yang
lebih dikenal dengan Majnun Laila.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dakwah islam saat itu
sudah bersifat internasional, meliputi tiga benua : Asia, sebagian Afrika, dan
Sebagian Eropa. Penduduknya meliputi puluhan bangsa dan disatukan dengan bahasa
Arab sebagai bahasa pemersatu dan agama
islam sebagai agama resmi negara[4]
Ini berarti, dakwah pada masa Bani Umayah, telah mencapai
proses Dakwah subuiyyah wa qabaailiyyah
(dakwah antar bangsa dan suku).
2.4 Dakwah Umayah di Spanyol
Sejarah dakwah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol
itu dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu:
Periode Pertama (711-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para
wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada
periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum terkendali akibat gangguan
keamanan di beberapa wilayah, karena pada masa ini adalah masa peletakkan
dasar, asas dan invasi Islam di Spanyol. Hal ini ditandai dengan adanya
gangguan dari berbagai pihak yang tidak senang kepada Islam. Sentralisasi kekuasaan
masih di bawah Daulat Umayyah di Damaskus.
Periode Kedua (755-912 M)
Pada masa ini umat Islam di Spanyol mulai memperoleh
kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik, peradaban serta pendidikan.
Abdurrahman mendirikan mesjid Cardova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar di
Spanyol. Kemudian penerus-penerusnya yang lain seperti Hisyam dikenal berjasa
dalam menegakkan hukum Islam, dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang
kemiliteran, sedangkan Abdurrhman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta
ilmu. Pada masa Abdurrhman al-Ausath ini pemikiran filsafat mulai masuk, maka
ia mengundang para ahli dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol
sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai semarak.
Periode Ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman
III, yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya muluk at-thawaif (raja-raja
kelompok). Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar
‘Khalifah”. Pada periode ini juga umat Islam di Spanyol mencapai puncak
kemajuan dan kejayaan menyaingi Daulat Abbasiyah di Bagdad. Abdurrahman
an-Nasir mendirikan universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki koleksi
ratusan ribu buku. Hakam II juga seorang kolektor buku dan pendiri
perpustakaan.
Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini Spanyol terpecah menjadi lebih dari 30 negara
kecil di bawah pimpinan raja-raja golongan atau al-muluk at-thawaif, yang
berpusat di suatu kota seperti Sivilie, Toledo dan sebagainya. Yang terbesar
diantaranya adalah Abbadiyah di Sivilie.
Pada masa Khlaifah Sulaiman (1009-1010/1013-1016) keadaan pusat
kekhalifahan Spanyol dilanda kekacauan politik berlangsung secara cepat,
akhirnya pada tahun 1013 M dewan menteri yang memerintah Cardova menghapuskan
jabatan khalifah. Pada saat ini kekuatan muslim Spanyol terpecah dalam banyak
negara kecil di bawah pimpinan raja-raja atau muluk at-thawaif. Tercatat lebih
30 negara kecil yang berpusat di Seville, Cardova, Toledo dan lain-lain.
Kekuatan kristen wilayah utara Spanyol bergerak untuk
bangkit, kekacauan pemerintahan pusat dimanfaatkan mereka sebaik-baiknya.
Al-Fonso VI penguasa Castile yang menjabat sejak tahun 486 H/1065 M berhasil
menyatukan 3 basis kekuatan kristen castille, Leon dan Navarre menjadi sebuah
kekuatan militer hebat untuk menyerbu Toledo.
Periode Kelima (1086-1248 M) Masa Dinasti Kecil
Pada periode ini terdapat suatu kekuatan yang masih dominan,
yaitu kekuasaan dinasti Murabbitun (1146-1235 M). dinasti Murabbitun pada mulanya
adalah sebuah gerakan agama di Afrika Utara yang didirikan oleh Yusuf ibn
Tasyifin. Pada tahun 1062 M, ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang
berpusat di Marakesh. Ia masuk ke Spanyol atas undangan penguasa-penguasa Islam
yang tengah mempertahankan kekuasaannya dari serangan raja-raja kristen.
Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti Murabbitun berakhir,
baik di Afrika Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun.
Dinasti Muwahhidun datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abdul Mun’im sekitar
tahun 1114 dan 1154 M, kota-kota penting umat Islam di Cordova, Almeria, dan
Granada jatuh di bawah kekuasaannya. Untuk beberapa dekade dinasti ini
mengalami banyak kemajuan.
Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini Islam hanya berkuasa di daerah Granada di
bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492 M). peradaban kembali mengalami kemajuan
seperti di zaman Abdurrahman an-Nasir. Namun secara politik dinasti ini hanya
berkuasa di wilayah yang kecil. Pada periode ini adalah akhir dari ekstensi
umat Islam di Spanyol. Menurut Harun Nasution, pada sekitar tahun 1609 M boleh
dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.
Sejarah dakwah yang dilakukan dinasti Umayah II di Spanyol
semakin menunjukkan keseriusan Bani Umayah dalam mensyiarkan Islam sebagai
Agama rahmatan lilalamin. Di bawah pimpinan Abdurrahman Ad-Dakhil Islam bisa
sampai ke kawasan eropa dan semua bidang saat itu berkembang pesat , terutama
ilmu pengetahuan, pembangunan fisik, filsafat, ekonomi dll.
2.5 Hambatan Dakwah Pada Masa Bani Umayah
Menurut kami ada dua hambatan dakwah yang terjadi pada masa
Bani Umayah. Hambatan-hambatan
tersebut muncul baik dari faktor internal maupun eksternal.
Faktor internal yang
menjadi hambatan dakwah Bani
Umayah ialah :
Kurangnya konsistensi dari para khalifah yang memerintah di
akhir daulah Umayah, dimana khalifah terakhir umayah lebih mementingkan
kehidupan mewah dunia di banding dengan kewajiban dakwah yang sudah seharusnya
dilakukan.
Adanya persaingan di kalangan anggota dinasti Umayah mengenai
penggantian khalifah yang ada. Di mana masing-masing anggota menginginkan
dirinya sebagai khalifah.
Hidup mewah di istana memperlemah jiwa dan vitalitas
anak-anak khalifah yanag membuat mereka kurang sanggup untuk memikul beban
pemerintahan negara.
Adapun yang menjadi faktor eksternal, di antaranya :
Munculnya berbagai macam tantangan dan pemberontakan dari
berbagai golongan yang tidak menyetujui
Muawiyyah sebagai Khalifah.
Munculnya persaingan dari dinasti lain yang merupakan satu
keturunan dengan bani umayah, yaitu bani Hasyim yang juga menginginkan jabatan
Khalifah. Yaitu munculnya dinasti Abbasiyyah.
Itulah yang menjadi penghambat dakwah pada masa Bani Umayah.
Wallahu a’lam bi ash-shawab
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, dapat kita
simpulkan bahwa dakwah pada masa Bani Umayah begitu intens dilakukan. Walaupun,
awalnya Bani Umayah adalah penentang keras terhadap Dakwah atau ajaran yang
telah Allah turunkan melalui Nabi-Nya Muhammad SAW. Namun, setelah masuknya Bani Umayah, mereka menjadi pendukung utama,
menjadi pedang-pedang tajam umat islam saat itu. Mereka yang berada di garda
terdepan untuk membela agama yang akan membawa kedamaian bagi umat manusia
seluruhnya.
Ada sesuatu yang menarik mengenai perjalanan dakwah Islam
pada masa Bani Umayah, saat itu dakwah islam telah mencapai kemajuan yang
pesat, yang mana mereka bisa menjamah kawasan Afrika dan Eropa. Intensitas
dakwah islam saat itu dilakukan dengan berbagai jalur dan metode pergerakan
yang mendatangkan hasil yang signifikan. Dakwah dilakukan tidak hanya dengan
gerakan ekspansi wilayah yang membawa islam ke luar wilayah jazirah Arab,
tetapi juga saat itu dakwah Islamiyyah dilakukan dengan berbagai metode dan
gerakan-gerakan represif lainnya. Baik itu melalui gerakan kajian ilmiah,
berupa halaqah-halaqah, seni, bahasa, dll.
Bani Umayah mampu membuktikan kepada kita keseriusannya
dalam menyampaikan dan memperkenalkan syiar islam. Bagaimana tidak, di tengah
carut-marut kondisi perpolitikan saat itu, di tambah dengan banyaknya
pemberontakan yang terjadi di berbagai daerah dan dari berbagai golongan,
lantas tidak menjadikan Bani Umayah menyampingkan kewajiban Dakwah yang sudah
seharusnya dilakukan. Melainkan kondisi tersebut mereka jadikan sebagai pacuan
untuk meningkat kestabilan kehidupan umat islam saat itu di berbagai bidang.
Nyatanya, tidak hanya ekspansi dan ilmu pengetahuan yang berkembang saat itu,
tapi dakwah yang dilakukan Bani Umayah juga telah mengantarkan umat Islam ke
taraf kehidupan yang lebih baik, baik itu dalam hal sosial, politik dan
terlebih ekonomi.
Banyak jasa yang telah dilakukan oleh Bani Umayah terhadap
dakwah Islam, masuknya islam ke daerah Spanyol (Andalusia) merupakan prestasi
gemilang dakwah islamiyyah yang dilakukan oleh Bani Umayah yang dipelopori oleh
Abdurrahman Ad-dakhil. Tidak hanya itu, kalau kita kaji lebih dalam, ternyata
dengan masuknya islam ke Andalusia bukan hanya mendatangkan manfaat bagi Umat
islam sendiri – dalam proses penyebaran islam -, tapi juga mendatangkan
keajaiban tersendiri bagi bangsa Eropa yang pada saat itu berada di zaman
jahiliyyah. Kalau saja dulu islam tidak pernah masuk ke Eropa, mungkin saat
Eropa tetap berada di zaman kegelapan, dan mereka belum tentu bisa mengenal ilmu
pengetahuan dan budaya. Dan kami kira, ini adalah awal dari kebangkitan
bangsa Eropa dengan
masuknya islam ke Andalusia.
Namun sayangnya, di tengah berbagai kejayaan yang telah
diperoleh Bani Umayah saat itu, sering kali para generasi penerus saat itu
tidak konsisten terhadap dakwah islam, sehingga banyak di antara generasi
penerusnya yang hanya mementingkan kehidupan dunia tanpa mau memikirkan bagaimana
gerakan dakwah yang seharusnya
dilakukan.
Dan sekarang, banyak juga di antara kita yang senantiasa
mengecap negatif terhadap Bani Umayah hanya karena perlakuan yang dilakukannya
terhadap Ali dan pengikutnya. Padahal, perlu kita ingat bahwasanya begitu
banyak jasa yanag telah dilakukan oleh Bani Umayah terhadap dakwah Islam.
Hingga akhirnya Islam bisa dikenal di kawasan Eropa.
Semoga, kita semua sebagai generasi penerus Islam senantisa
menjadikan dakwah sebagai gerakan hidup dalam menunaikan kewajiban menyampaikan
dakwah islam terhadap yang lainnya. Dan semoga apa yang kami paparkan bisa dijadikan sebagai salah
satu stimulus untuk memacu motivasi kita terhadap dakwah yang kemudian akan
kita lakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Asep Kusnawan M.Ag.,dkk. 2009. Dimensi Ilmu Dakwah, Bandung
: Widya Padjadjaran
Syalabi, Ahmad Prof. Dr.1983. sejarah dan kebudayaan islam
jilid II, Jakarta : PUSTAKA ALHUSNA.
Enjang AS &
Aliyudin. 2009. Dasar-dasari Ilmu Dakwah, Bandung : Widya Padjadjaran.
Fatchur Rahman, Drs. 1974. Ikhtisar Mushthalahul Hadits,
Bandung : PT ALMA’ARIF .
Nasution, Harun Prof.Dr. 2008. Islam ditinjau dari berbagai
aspeknya jilid I&II, Jakarta : UI-Press.
Sunanto, Musyrifah Prof.Dr. 2007. SEJARAH ISLAM KLASIK
(PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN ISLAM), Jakarta : KENCANA.
Suratno M.s.,S.Ag. 2004. Khazanah sejarah kebudayaan islam,
Solo : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Wahyu Ilaihi & Harjani Hefni. 2007. Pengantar sejarah
Dakwah, Jakarta : Kencana.
[1] Prof. Ahmad Syalabi. Sejarah Kebudayaan Islam jilid 2,
hal 19.
[2] Prof. Dr.Hj.Musyrifah Sunanto. Sejarah Islam Klasik, hal
41-42.
[3] Harun Nasution. Islam Ditinjau dari berbagai aspek, hal
56.
[4] Prof.Dr.Musyrifah Sunanto, ibid, hal 45.