Selasa, 03 September 2013

PERJALANAN DAKWAH ROSULULLAH SAW


Rasul berdakwah mengikuti ajaran dan cara yang diperintahkan dalam Al-Qur’an. Seperti yang tersurat dalam Al-Qur’an Surah An-Nahl (16) ayat 125 yang bunyinya:
“Ajaklah ke jalan Allah dengan bijak dan nasihat yang baik dan berdialoglah dengan mereka melalui cara yang lebih baik lagi.”
Selama beliau memulai berdakwah di Mekah di awal periode kenabiannya pada 13 Agustus 610, kemudian hijrah ke Madinah pada 24 September 622, para sahabat yang bergabung dan memeluk Islam sudah tercatat berjumlah 180 orang. Kebanyakan mereka adalah para budak atau bekas budak dan kaum fakir.
Selama masa 3 tahun awal bedakwah di Mekah, mereka berdakwah secara sembunyi-sembunyi, namun mereka tetap selalu mendapat teror dan gangguan dari kaum atau orang-orang Arab jahiliyah. Teror ini juga dilakukannya oleh Pamannya Abu Lahab berserta istrinya yaitu Ummu Jamil. Sehingga dalam masa tiga tahun beliau berdakwah di Mekah, jumlah pemeluk agama Islam baru sekitar 30 orang.
Pada 614, para pengikut Rasul berjumlah 40 orang, kemudian turun wahyu dari Allah Swt agar Nabi Muhammad Saw mulai berdakwah secara terbuka atau terang-terangan. Sebagaimana dalam firman Allah Swt:
“Maka umumkanlah apa yang diperintahkan kepadamu, dan berpalinglah dari orang yang mempersekutukan Tuhan!” (Q.S. An-Nahl: 94)
Berdakwah kepada Keluarga Terdekat
Nabi Muhammad Saw diperintahkan oleh Allah agar memulai dakwahnya dari keluarga terdekat, seperti dalam ayat Al-Qur’an yang artinya:
“Berilah peringatan kepada keluargamu terdekat.” (Q.S. Asy- Syu’ara: 214).
lalu, beliau mengundang sekitar 40 orang anggota keluarga terdekatnya. Di antaranya terdapat paman beliau Abu Thalib, Hamzah, Abbas, dan Abu Lahab. Ali menuturkan bahwa saat itu rasul bersabda:
“Wahai anak-anak Abdul Muththalib, saya bersumpah dengan nama Allah, di antara seluruh Suku Arab, saya tidak mengetahui adanya seseorang yang akan membawa bangsa Arab pada sesuatu yang lebih baik dari apa yang telah saya sampaikan kepada kalian. Saya membawa Anda kepada keselamatan dunia dan akhirat. Allah telah memerintahkan saya untuk mengundang kalian kepada-Nya. Maka siapa di antara kalian yang mau membantuku dalam urusan ini akan menjadi saudaraku, pengemban wasiatku, dan menjadi khalifahku untuk kalian?” 
Mereka yang hadir tetap diam
“Meskipun saya (Ali) paling muda, paling banyak “bertahi-mata”, berperut paling gendut, dan berkaki paling kecil dibanding berperut paling gendut, dan berkaki paling kecil dibandingkan mereka, saya berkata, “Ya Nabi Allah, saya siap menjadi pembantumu dalam segala urusanmu.” Lalu beliau memegang pundakku seraya bersabda, “Inilah saudaraku, pengemban wasiatku, dan khalifahku bagi Anda sekalian. Dengarlah kata-katanya, dan turutilah dia!” Ali melanjutkan riwayatnya. “Lalu mereka semua tertawa dan berkata kepada Abu Thalib, “Muhammad sedang mengatakan kepadamu untuk mendengarkan dan mematuhi kata-kata anakmu!” 
Ternyata, Ali tidak main-main dengan katanya. Sebagian besar dari mereka kelak ditebas Ali dalam Perang Badar.
Dalam mengajar dan berdakwah, beliau selalu mengikuti cara yang telah digariskan Allah Swt, sebagaimana yang telah tercantum dalam Q.S. An-Nahl ayat 125. Ayat tersebut merupakan gambaran secara lengkap tentang cara menyampaikan ajaran Allah kepada manusia yang berbeda sifat, tabiat, dan karakternya. 
Ada manusia yang haus dalam mencari kebenaran, ada juga manusia awam, yaitu mereka yang apriori dan menolak. Untuk menghadapi kelompok-kelompok tersebut perlu diterapkan cara yang sesuai dan tepat. Oleh karena itu, Nabi Muhammad Saw dalam menyampaikan sesuatu hal selalu menilai terlebih dahulu tingkat kecerdasan dan daya tangkap dari setiap orang. Sebelum mulai berbicara, beliau melihat apa dan siapa yang dihadapinya. Bahasa dan tutur kata yang disampaikan mudah dimengerti dan dipahami, sehingga semua ucapan beliau selalu menyejukkan hati dan enak didengar.
Dalam masa dakwah Rasulullah Saw, penyiksaan serta pemenjaraan terhadap kaum muslim semakin merajalela. Mereka dipaksa untuk meninggalkan agama barunya. Melihat hal ini, rasulullah bersabda kepada para sahabat, “Bertebaranlah kalian di muka bumi!” Para sahabat bertanya, “Kemana, wahai Rasul ?” rasul menjawab, “Ke Habasyah!”.
Rasul meminta kepada Raja Ethiopia, Raja Negus, agar kaum muslim diizinkan untuk pindah ke negerinya. Negus memberikan izin dan dia menolak permintaan dari Kaum Jahiliyah untuk menyerahkan umat muslim kepada penguasa Makkah. Berangkatlah sebelas orang lelaki dan empat orang perempuan pada April 615 M hijrah ke Habasyah. Mereka pergi dengan mengendarai dua perahu dagang.
Banyak cara dan taktik yang dilakukan Kaum Jahiliyah Makkah terhadap nabi serta para pengikutnya. Antara lain pelecehan, hinaan, paksaan, penyiksaan, penganiayaan, pemenjaraan, pengisolasian, embargo bahkan sampai pemboikotan. Pada Mei 616 M, Rasulullah SAW berserta klan Hasyim mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari kaum jahiliyah. Mereka dikurung di Lembah atau Syi’ib Abu Thalib selama tiga tahun lamanya.
Selama masa pengurungan ini, kaum jahiliyah membuat selebaran yang berisi, bahwa kaum jahiliyah tidak boleh menikah dengan anggota keluarga Bani Hasyim, mereka juga tidak boleh melakukan jual beli dengan keluarga Bani Hasyim, serta anggota keluarga Bani Hasyim tidak boleh keluar dari Lembah Abu Thalib kecuali untuk melakukan umrah di bulan Syawal atau berhaji di bulan haji.
Anggota Bani Hasyim sendiri yang dikurung di lembah tersebut tidak hanya dari golongan Islam, tetapi juga dari golongan non-Islam. Antara lain penganut Islam yang dikurung di lembah tersebut adalah paman rasul bernama Hamzah bin Abdul Muththalib,sepupu rasul bernama Ali bin Abi Thalib, Ubaidah bin Harits bin Abdul Muththalib yang juga sepupu Rasul. Pada 620 M, satu tahun setelah masa pemboikotan terhadap rasul, beliau kehilangan orang yang paling dicintainya dan paling dekat  padanya yaitu pamannya, Abu Tahlib. Kemudian tiga bulan berikutnya disusul dengan meninggalnya Khadijah.
Dalam melakukan shalat pun nabi sering mengalami hal yang tidak menyenangkan, salah satunya pernah dilempari rahim domba. Serta pada saat beliau sedang menanak nasi, tempat menanaknya dilempari oleh orang-orang jahiliyah. Karenanya, apabila rasul sedang melakukan shalat beliau melakukannya dengan sembunyi-sembunyi.
Setelah pamannya wafat dan sebelum hijrah ke Madinah, perlakuan buruk terhadap nabi semakin menjadi-jadi. Pernah pada satu masa, saat nabi hendak pulang, kaum jahiliyah menyiram kepala beliau dengan pasir. Ketika nabi masuk rumah dengan kepala penuh  pasir, seorang putrinya langsung membersihkan kepalanya sambil menangis. Melihat hal ini rasulullah bersabda kepadanya, “Putriku sayang, janganlah menangis. Allah akan melindungiku. Kaum Quraisy tak berani melakukan apapun sampai Abu Thalib meninggal dunia.”
Sejak Abu Thalib meninggal dunia, pimpinan terhadap Klan Hasyim dipegang oleh Abu Lahab saudaranya. Pada masa kepemimpinannya, perlindungan terhadap nabi dihentikan. Melihat hal ini kaum jahiliyah semakin berani melakukan aksinya untuk membunuh rasul. 
Melihat hal ini, tanpa kenal lelah rasul berusaha menemui tokok-tokoh bangsa Arab untuk memperkenalkan diri serta meminta bantuan perlindungan kepada mereka. Tiga tahun sebelum hijrah (Mei 620 M), bulan Syawal ketika nabi beserta Ali bertolak ke Tha’if. Perjalanan ini ditempuh dalam dua hari. Ketika tiba di Tha’if, kembali beliau mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan. Rasul dilempari dengan bebatuan hingga kepalanya berdarah, sedangkan Ali mati-matian melindunginya. 
Di Tha’if, Rasul tinggal selama sepuluh hari. Kemudian setelah mengislamkan seorang budak Kristen yang bekerja di salah satu perkebunan, beliau kembali ke Makkah. Perjalanan dilanjutkan rasul bersama Ali mengunjungi Klan Sha’sha’ah. Beliau tinggal di sana selama sepuluh hari, tetapi kemudian memutuskan untuk pulang karena tidak mendapat dukungan di sana.
Kemudian, beliau menuju Klan Syaiban, beliau tinggal selama tiga belas hari di sana untuk memohon perlindungan dari mereka. Tetapi mereka pun tidak mau menolong beliau. Selama sebelas tahun rasulullah diutus, tak seorang pun yang mau menerima Islam. Rasul tidak pernah lelah dan berhenti menemui mereka baik perorangan mau pun perkelompok untuk mengajak mereka memeluk Islam. Baru dua bulan setelah kembali dari Tha’if ( 19 Juli 620 M) persis dua tahun sebelum hijrah, ada enam orang yang bersedia menerima ajakan rasul.

Dua tahun kemudian, pada musim haji (9 Juli 621 M) di tengah hari Tasyriq’ pada jalan setapak dekat lereng bukit dari Makkah ke Mina, rasul berbicara pada orang Yastrib yang sedang melakukan haji. Mereka terdiri atas dua puluh orang, dua orang dari Klan ‘Aus sementara sisanya dari Klan Khazraj. Di tempat tersebut, mereka membuat perjanjian yang isinya antara lain; untuk tidak menyekutukan Allah, tidak mencuri, tidak boleh berzinah, tidak boleh memfitnah tetangga, dan tidak boleh membantah perintah rasul. Di sinilah tempat terjadinya baiat Aqabah pertama.

Sehari setelah mereka pulang ke Madinah, nabi mengutus seorang guru mengaji dan sekaligus mengajarkan Islam. Dia adalah Mush’ab bin Hsyim bin Abdul Manaf. Mush’ab merupakan sepupu Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim ayah nabi. Menurut riwayat, setelah satu tahun Mush’ab diutus di Madinah, terdapat satu atau lebih muslim atau muslimat pada setiap rumah penduduk di sana. Dia dikenal sebagai ahli dakwah yang sangat sabar, dan sagat meneladani sikap rasulullah. Mush’ab meninggal dunia empat tahun kemudian pada Perang Uhud.


Tiga bulan sebelum rasulullah hijrah pada 24 September 622 M, ada 73 orang lelaki dan wanita penduduk Yatsrib datang untuk dibaiat oleh rasul. Sebagaimana baiat Aqabah pertama, baiat Aqabah kedua ini pun dilakukan secara sembunyi-sembunyi pada tengah malam. Sebelum membaiat, mereka sebenarnya sudah memeluk Islam melalui Mush’ab dan penduduk Yastrib yang setahun sebelum dibaiat rasul pada baiat Aqabah pertama. Perjalanan dakwah rasul benar-benar penuh perjuangan, tapi karena keteguhan iman dan keyakinannya kepada Allah, semua dijalani beliau dengan rela dan iklhlas.[]Moch. Mufti Al-chakim.

2 komentar:

  1. Untuk selanjutnya konten yang dipublish dicantumkan identitas kontributornya.

    BalasHapus

 

Copyright © Blog Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger